Pages

Selasa, 12 Juni 2012

yuk..k kampung tekhnologi...


Bismillahirahmanirrahim
Sabtu, 11 Desember 2010 kita melakukan perjalan untuk observasi ke Lembang. Observasi ini dilakukan sebagai salah satu metode agar kita bisa lebih paham mengenai ekologi. Ada beberapa tempat yang akan kita kunjungi, diantaranya balai Manoko, perusahaan jamur (PT. Citra Tiram Jamur Mandiri), dan  lahan pertanian Maribaya.
Kita sepakat untuk memulai perjalanan kita dari ITB karena perjalanan kita kesana mengggunakan bus dari ITB. Pada jam 08:30 kita breafing di ITB walaupun ada sebagian Mahasiswa yang belum hadir, dan dari hasil breafing itu kita mendapatkan informasi kalau perjalanan kita

 ke Lembang di batalkan karena ada kesalahan tekhnis dan sebagai gantinya kita akan observasi ke Kampung Tekhnologi Hayati di Tanjungsari.
Bus berangkat kurang lebih jam 09:00 dengan menggunakan jalur melewati tol untuk sampai ke Ci lembu. Kita  tidak hanya menggunakan bus saja, tetapi ada sebagian yang menggunakan mobil Ibu dosen, dan sebagian ada yang menggunakan sepeda motor. Sebagian teman-teman saya yang menggunakan motor ada yang ditilanag sama polisi, namun hebatnya mereka yang duluan sampai di kampung Tekhnologi Hayati.
Kita sampai ke tempat tujuan sekitar jam 11:30 setelah melewati perjalanan yang sangat melelahkan dan menyebalkan karena salah satu mahasiswa dari PMI A ada yang telat dan dijemput dulu, sampai-sampai rombongan yang menggunakan bus harus menunggu dulu ditengah perjalanan sampai kurang lebih satu jam. Ketika sampai di BAB kita langsung kumpul untuk prefer selama di kampung Tekhnologi HAyati dan langsung ISOMA (istirahat, shalat, makan).
Pada saat prefer kita diperkenalkan dengan guide yang akan memandu perjalanan kita selama di Kampung Tekhnologi Hayati namanya Ka Ridwan, dia adik tingkat Ibu dosen ketika di ITB. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kita diperkenalkan apa saja yang ada di kampung itu. Kampung yang seluas 15 Hektar itu ditempati dengan berbagai pertanian, padi organik, hutan sekunder, hutan homogen, rekayasa ekosisitem air, peternakan, biogas, dan banyak lagi. Dari situ kita sepakat untuk membagi dua kelompok antara PMI A dan PMI B, PMI A dipandu oleh Ka Qori dan Pak Dani dan PMI B dipandu oleh Ka Ridawan dan Ibu dosen tercinta.
Pertama kali kita melakukan perjalanan dari depan vila setelah shalat dzuhur, disitu kita diajak ka Ridwan untuk melihat perkebunan strawbery. Strawbery itu sendiri ditanam untuk di produksi, strawbery itu ditanam dengan sistem plasma sebanyak 100 ribu pohon, dari pihak petani juga mereka memproduksi strawbery seperti paking dan langsung di distribusikan melalui supermarket. Strawbery itu sendiri ditanam dengan menggunakan pestisida alami dan menggunakan pupuk organik juga supaya tahan lama. Strawbery ditanam dengan suhu 1000 derajat celcius. Strawbery itu ditanam dengan menggunakan polibek terbalik dan menggunakan musa sebagai penghalang supaya gulma (hama)tidak terlalu banyak mengenai pohon strawbery. Satu polibek dilubangi tiga lubang, dua untuk pohon strawbery dan satu yang berada dibagian tengah untuk tempat pupuk.
Disana juga kita menemukan bibit pohon suren sebagai pohon keras yang merupakan salah satu tanaman yang dikelola oleh kampung Tekhnologi Hayati.

Setelah kita selesai mengamati lahan strawabery diselingi dengan tanya jawab, kita melanjutkan perjalanan ke kawasan yang rencananya akan ditanam kopi luwak. Disana terlihat pohon porsi tiga yang dikhususkana untuk luwak karena luwak menyukai pohon dalam bentuk porsi tiga. Disana juga kita diperlihatkan pada kawasan tanah yang dulunya ditanam ubi lembu. Mengapa ubi lembu memiliki ke khasan tersendiri sehingga bisa dikenal oleh semua orang…? Itu karena cita rasa dan kelembutan ubi yang hanya bisa didapatkan pada ubi Cilembu. Tanah yang ada di Cilembu bisa membuat ubi itu memiliki rasa yang khas walaupun bibit yang ditanam di ambil dari daerah lain tetapi apabila di tanam di Cilembu ubi itu memiliki rasa khas yang dimiliki oleh ubi cilembu.
Ka Ridwan selanjutnya mengajak kami ke lahan yang ditanami nanas madu sebanyak satu hektar, nanas itu dipanen dua kali dalam satu tahun. Selain itu, nanas itu juga ditanam tumpang sari dengan manggis dan tanaman lainnya. Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah.
Darisana kita beranjak dan menemukan sebidang lahan yang ditanam dengan sayuran. Sayuran tersebut ditanam sebagai upaya untuk pemuliaan bibit dan melestarikan tanamana langka seperti kangkung darat. Disana juga terdapat daun kemangi, bawang daun, dan sayuran lainnya. Rencananya kawasan itu akan dijadikan sebagai ekowisata yang membuat pengunjung bisa memetik sayuran sendiri.
Tidak jauh dari situ, kita diajak untuk melihat air yang merupakan upaya rekayasa ekosistem, bendungan itu dibuat sebagai ekosistem untuk manusia. Jadi ketika hujan besar, persediaan air tetap bagus. Kedepannya pihak pengelola berharap tempat itu bisa digunakan sebagai bagian dari wisata, jadi pengunjung bisa memanfaatkan bendungan itu untuk berendam ataupun berenang.

Selanjutnya kita jalan-jalan untuk melihat sebagian lahan yang kelihatannya tidak terurus, Ka Ridwan membenarkan bahwa kawasan itu dibiarkan begitu saja karena agar bisa menjadikan kawasan itu sebagai hutan sekunder. Dan tidak jauh dari situ kita bisa menyaksikan hutan homogen yang hanya ditanami oleh pinus saja. Disitu kita bisa dapat penerangan bahwa pada hutan homogen pun bisa terjadi suksesi, artinya pada hutan homogen pun terjadi pergiliran tanaman. Walaupun kita tidak bisa menyusuri kawasan hutan homogen secara langsung, tapi  kita tetap bisa melihat sebagian pohon pinus yang nampak dari kejauhan.

Perjalanan dilanjutkan untuk melihat padi yang ditanam secara organik. Disebut padi organik karena padi tersebut ditanam tanpa menggunakan pupuk kimia, tanpa pestisida, dan aliran airnya pun terhindar dari limbah.
Setelah itu kita beranjak untuk melihat beberapa tanaman yang ditanam dengan menggunakan pupuk dari kotoran kelinci yang telah dicampur dengan kompos. Hal ini dilakukan agar terjadi proses input dan output yang seimbang. Ketika kelinci memakan rumput, maka rumput juga membutuhkan pupuk yang berasal dari kotoran kelinci ataupun kotoran yang lainnya. Untuk itu jumlah hewan yang dipelihara harus sesuai dengan jumlah rumput yang tersedia.
Tidak jauh dari situ kita diajak untuk melihat bermacam-macam ekosistem yang tersebar di sebuah kawasan. Disana juga nampak kolam yang terjadi alga blooming, hal itu terjadi karena jumlah ikan yang berada dikolam yang terjadi blooming alga sangat sedikit. Berbeda dengan kolam yang satunya lagi, karena disana banyak ikan yang hidup, maka disana tidak terjadi blooming alga. Setelah itu kita juga menyaksikan sungai yang airnya jenih, kata ka Ridwan awalnya sungai itu dibuat untuk bendungan dan disana dipelihara ikan benter[1], namun pada saat itu hanya terlihat aliran sungai yang jernih dan ikannya tidak nampak.
Darisana kita menuju ke tempat yang digunakan untuk biogas. Namun ditengah perjalanan kita ditunjukkan pada soaring[2] yang digunakan oleh 4-5 elang. Disekitar situ juga terlihat lahan yang ditanam khusus dengan pisang muli, dan pisang muli ini biasa dipanen selama 9 bulan. Tidak jauh dari situ kita juga ditunjukkan pada beberapa tanaman herbal seperti teh rosela dan tanaman mint. Setelah sampai dari tempat yang digunakan untuk biogas, kita langsung kembali ke balai pertemuan dan istirahat sejenak untuk melepas lelah dengan menikmati air the hijau yang telah disediakan oleh pengelola Kampung Tekhnologi Hayati.
Perjalanan dilanjutkan ke kawasan yang khusus digunakan unuk peternakan. Disana kita diperlihatkan pada beberapa macam peternakan, dari mulai ternak meri yang dihabitatnya terdapat kolam yang ditempati oleh ikan lele, juga ada ternak ayam yang dibawahnyan terdapat ikan-ikan kecil yang siap untuk memakan kotorannya.
Selain itu disana juga terdapat ternak sapi, baik sapi potong maupun sapi perah, kambing,buras,ayam, dan yang lainnya.
Setelah semuanya dirasa cukup kita langsung berkumpul dan melakukan sedikit sharing. Lalu kita diberikan tugas untuk menuliskan laporan kegiatan observasi itu dan langsung kembali ke tempat parkir untuk persiapan pulang. Setelah selasai berfoto untuk kenang-kenangan kita langsung bergegas untuk pulang. Alhamdulillah


[1] Sejenis ikan kecil
[2] Jalur terbang yang dibatasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar