Pages

Selasa, 12 Juni 2012

About Prasasti Batu Tulis Bogor


Curhatku..
Kala itu aku pernah mengunjungi batu tulis sebelumnya ketika usiaku masih di bawah umur, aku pergi kesana bersama keluargaku dan pamanku yang saat itu sedang sakit, dan ketika mengunjungi batutulis pun sebetulnya itu hanya sekedar mampir saja karena tujuan utamanya adalah berziarah ke  Empang yang disana ada kakek sepupu sebagai kuncennya dan sekaligus merupakan orangtua asuh dari ayahku.
Ketika dari mata kuliah SPI (Sejarah Peradaban Islam)menugaskan untuk bisa menulis sejarah, aku tertarik dengan batutulis itu karena mungkin sebagian orang tidak mengetahui keberadaan prasasti itu karena prasasti itu berada di dalam sebuah tempat yang berukuran 5x5 M dan mirip seperti kantor kelurahan.
Pada kepulanganku yang pertama di smester III aku langsung membuat schedlu untuk bisa mengunjungi prasasti yang tepatnya berada di Jalan Sudirman, kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor, Indonesia.


Saya pergi kesana bersama Ayah saya dengan menggunakan sepeda motor melalui jalur Ci hideung. Perjalanan kesana menghabiskan waktu kurang lebih satu jam. Ketika sampai disana, aku dan ayahku disambut baik dengan seorang bapak separuh baya yang biasa diam disitu hanya untuk memparkirkan motor-motor para pengunjung. Kebetulan saat itu saya datang di hari minggu jadi disana juga banyak orang yang sedang berziarah.
Sebelum saya masuk ke dalam ruangan saya pun berkenalan dengan salah satu kuncen disitu, Pak Firman namanya, seorang bapak yang biasa menjaga dan merawat batu tulis itu. Saya mendapatkan informasi dari pak firman  bahwa batutulis itu merupakan salah satu peninggalan raja padjajaran yang merupakan patilasannya. Batutulis itu sendiri itu tidak ada kaitannya dengan Mbah Dalem hanya batutulis saja, namun sering kali peziarah yang mengunjungi batutulis pasti sekalian berziarah ke Mbah Dalem.
Kebetulan pada saat itu saya bertemu dengan pegawai dari pemerintahan yang bertanggung jawab mengenai batutulis, saya meminta izin kepada beliau untuk menulis sejarah batutulis, beliau sangat apresiasi sekali bahkan jika sudah ada surat pengantar dari Fakultas, beliau bisa meminjamkan buku-buku yang sudah lebih dulu ditulis mengenai batutulis agar digunakan sebagai refferensi.
Pak Firman sendiri sangat mendukung akan penulisan buku ini, beliau bercerita bahwa sebetulnya batutulis ini sempat akan dibongkar oleh petugas pemerintahan karena diperkirakan di dalamnya terdapat harta karun, namun pada saat penggalian dilakukan terjadi angin besar di sekitar komplek batutulis saja, dan akhirnya pembongkaran itu tidak terlaksana.
Pada kunjungan kedua di libur Idul adha, saya datang ditemanai oleh ayah saya lagi, pada saat itu saya berharap bisa meminjam buku-buku mengenai sejarah batutulis sebagai kajian pustaka, namun ketika sampai disana pintu gembok terkunci dan saya pesimis kalau saya tidak bisa masuk, namun tidak lama setelah itu ada seorang bapak yang menawarkan jasa apabila ingin mengunjungi batutulis dia akan memanggil kuncennya. Saya setuju saja, dan setelah berselang beberapa menit datanglah seorang Ibu paruh baya yang tak lama saya tahu namanya bu Maemunah atau bisa dipanggil Bu Mumun. Saya perjelas kembali kedatangan saya ke batutulis itu untuk apa dan ketika saya bertanya perihal buku-buku yang sudah ditulis mengenai batutulis, beliau tidak tahu menahu, beliau hanya memberikan secarik kertas tentang batutulis yang ditulis oleh pamannya Uwa[1] Acep yang dudunya Uwa Acep itu memiliki hubungan dekat dengan pak Sukarno, presiden Republik Indonesia  Pertama.


SEJARAH PRASASTI BATUTULIS[2]
Cara penobatan raja-raja pajajaran dibawah kekuasaan prabu Siliwangi (1428-1521). Arti siliwangi adalah Asilih wewengi atau berganti nama. Dia yang dinobatkan bernama prabu Guru Dewata Prana, yang dinobatkan lagi untuk kedua kalinya bernama Sri Baduga Maharaja. Ratu Haji di pakuan pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dia yang membuat parit dan benteng pajajaran ( sekarang bekasnya dapat dilihat di belakang Asrama Pusdikzi lawang gintung ). Dia yang membuat peringatan berupa gugunungan, dia yang membuat Hutan Samida. Dia yang membuat Telaga Rena Naha Wijaya yang terkenal dengan Lubuk Sipatuhan ( bekasnya didalam kebun raya Bogor ). Batutulis yang dibuat semasa pemerintahan Surawisesa anak dari prabu Siliwangi (1521-1535) yang dipersembahkan untuk mendiang ayahnya dan membanggakan silsilah serta kebesaran karya ayahnya.
Tujuan utama pembuatan batutulis ini adaalah untuk upacara agama, agar sakti Sri Baduga Maharaja yang dianggap bersemanyam dalam lingga (lambang kesuburan) tanda kekuasaannya mampu melindungi Negara yang diancam musuh. Di komplek batutulis ini terdapat 15 buah peninggalan berbentuk batu yang terdapat disepanjang aliran Cisadane :
6 (enam) buah batu di dalam cungkup
1(satu) buah diluar teras cungkup, 2(dua) buah dan 6(enam) buah diserambi dan halamannya.
Batu gigilang tempat duduk untuk upacara penobatan raja-raja semenjak Prabu Siliwangi berkuasa di Pajajaran telah diambil oleh tentara Banten, ketika tentara Banten itu menyerang ke pajajaran. Diambilnya batu Gigilang tersebut adalah adegan dengan maksud politis, dimana setelah diambilnya batu tempat penobatan raja, maka tidak akan ada lagi raja yang akan dinobatkan di pajajaran.
Prabu Siliwangi anak dari Rahyang Dewa Nisakala raja Galuh cucu dari Niskala Wastukencana, dimana setelah dinobatkan jadi raja maka Dia memindahkan pusat kerajaan ke Pakuan Pajajaran, mulai dari sini diambilnya sejarah hari lahir bogor pada tahun 1482. Prabu siliwangi atau Sri Baduga Maharaja adalah seorang olah ragawan dan pemburu dan Ia memilki pasukan gajah. Keraton yang indah ini dinamakan SANG BIMA atau panjangnya BIMA PUTRA NARAYANA MADURA SURADUPATI yang diperkirakan terletak di Asrama Pusdikzi Lawang Gintung sekarang.
Keluasaan Prabu Siliwangi sampai keseluruhan Nusantara dengan pelabuhan internasionalnya ialah Kalapa dari muara sungai ciliwung, juga Kelawung dan Cipakancilan dan Cisadane. Pajajaran merupakan kota yang strategis di daerah Mesapotamia.

1.       ….WANGNA PUN INI PRABU RATU PURANE PUN DIWASTU
Wangna pun ini tanda peringatan bagi Prabu almarhum dinobatkan
2.       DIYA WINGARAN PREBU GURU DEWATA PRANA DIWASTU DIYA DINGARAN SRI
Dia bernama prabu guru dewata prana dinobatkan lagi dia dengan nama sri
3.       BADUGA MAHARAJA RATU HAJI DI PAKUAN PAJAJARAN SRI BADUGA  RATU DE-
Baduga maharaja ratu haji di pakwan Pajajaran Sri sang ratu de-
4.       WATA PUN YA NU NYUSUK NA PAKUAN DIYA ANAKA RAHYANG DEWA NIS-
Wata dialah yang membua parit pakwan dia anak sang dewa nis-
5.       KALA SANG SIDA MOKTA DI GUNA TIGA INCU RAHYANG NISKALA WASTU
Kala yang mendiang di guna tiga cucu rahyang niskala wastu
6.       KANCANA SANG SIDA MOKTA KA NUSA LARANG YA SIYA NU NYIAN SAKAKA-
Kancana yang mendiang ke nu salarang dialah yang membuat tanda pe-
7.       LA GUGUNUNG NGABALAY NYIAN SANGHYANG TALAGA
Ringatan gugunungan, membuat teras di lereng bukit membuat hutan samida, telaga
8.       RENA MAHA WIJAYA YA SIYA PUN I SAKA PANCA PANDA
Rena maha wijaya ya dialah itu dalam tahun saka lima li-
9.       WA EMBAN BUMI…
Ma empat satu ( 1455)
Dalam tahun masehi (1533)

Batutulis once it has been known where the inaguration of all the kings from the Pajajaran Kingdom take place during the reighn of Sri Baduga Maharaja or  the King of Siliwangi(1482-1521).
It was year of 1533 when the king Surawisesa (1521-1535) successor of sri Baduga Maharaja decreed the message written on stone which dedicated to the pride of his father’s parentage and dignity.
The main purpose of making those in scription is religius ceremony in order that the supernatural power of Sri Baduga Maharaja which reslaung in that statue of paper (the stone symbolize the welfare) . It is capable enough to protect the country from his enamy.
The above inscription is still sacred for many people. It has structure of a one with a widht of 145 cm, sheight of 150 cm and written in the old Sundanese letters consisting of 9 lines as mentioned on the backcover.

THE MEANING OF THAT LETTER IS :

Peace unto you. This is a memorial of the demised Prabu Ratu (King). His majesty was crowded bearing the predicate of Sri Baduga Maharaja Ratu Haji in pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata, was be stowed upon his majesty.
It was his majesty, who had built the for treess of Pakuan. His majesty is the the son of tiga and grandson of Rahyang Niskala Wastu kancana intered at Nusalarang.
It was his majesty, who had built mountain shaped memorials which had been declared holly places for mediation.
His majesty also created the Talaga Rana Mahawijaya (lake). Indead, it his majesty who had realized this all in the year of Ska 1455 or 1533 AD-.

Lebih Dekat Dengan Batutulis
Batu tulis merupakan salah satu tempat bersejarah di Kota Bogor. Terletak di kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor. Ketika Saya melintasi Jalan Sudirman itu, bangunan yang didalamnya terdapat prasasti yang sudah berumur ribuan tahun peninggalan kerajaan Tarumanegara  itu terlihat seperti kantor kelurahan atau rumah penduduk, terlebih lagi daerah tersebut boleh dibilang padat arus lalu-lintasnya sehingga mata pengemudi akan cenderung mengamati jalan raya tanpa memperhatikan daerah sekitar yang merupakan tempat bersejarah karena tidak jauh dari prasasti batutulis kita juga bisa melihat istana batutulis yang dibangun oleh Presiden Sukarno. Presiden pertama Indonesia’
Prasasti batutulis ini terletak pada sebuah bangunan yang tidak terlalu besar kurang lebih 5x5 meter yang dipagari dengan pager besi dan disekitar halamannya terdapat tanaman dan bebatuan,  tempatnya tidak terlalu menarik dan orang pun cenderung tidak akan terlalu peduli akan keberadaan batutulis atau mengisyaratkan ada benda istimewa didalamnya. Papan wisata yang adapun dipasang sejajar dengan badan jalan sehingga agak susah dibaca kecuali benar-benar tepat berada diseberang jalan.
Padahal tidak jauh darisitu pun terdapat kebunraya bogor yang masih berkaitan dengan keberadaaan batutulis itu dan masyarakat cenderung lebih tertarik untuk berwisata ke kebun raya Bogor dibanding untuk observasi ke tempat prasasti batutulis.


[1] Panggilan orang sunda kepada pamannya.
[2] Ditulis oleh Uwa Acep tanpa mengubah isi dan tekstual aslinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar