Bismillahirahmanirrahim
Sabtu, 11 Desember 2010 kita melakukan perjalan untuk observasi ke
Lembang. Observasi ini dilakukan sebagai salah satu metode agar kita bisa lebih
paham mengenai ekologi. Ada beberapa tempat yang akan kita kunjungi,
diantaranya balai Manoko, perusahaan jamur (PT. Citra Tiram Jamur Mandiri),
dan lahan pertanian Maribaya.
Kita sepakat untuk memulai perjalanan kita dari ITB karena perjalanan
kita kesana mengggunakan bus dari ITB. Pada jam 08:30 kita breafing di ITB
walaupun ada sebagian Mahasiswa yang belum hadir, dan dari hasil breafing itu
kita mendapatkan informasi kalau perjalanan kita
ke Lembang di batalkan karena ada kesalahan tekhnis dan sebagai gantinya kita akan observasi ke Kampung Tekhnologi Hayati di Tanjungsari.
ke Lembang di batalkan karena ada kesalahan tekhnis dan sebagai gantinya kita akan observasi ke Kampung Tekhnologi Hayati di Tanjungsari.
Bus berangkat kurang lebih jam 09:00 dengan menggunakan jalur melewati
tol untuk sampai ke Ci lembu. Kita tidak
hanya menggunakan bus saja, tetapi ada sebagian yang menggunakan mobil Ibu
dosen, dan sebagian ada yang menggunakan sepeda motor. Sebagian teman-teman
saya yang menggunakan motor ada yang ditilanag sama polisi, namun hebatnya
mereka yang duluan sampai di kampung Tekhnologi Hayati.
Kita sampai ke tempat tujuan sekitar jam 11:30 setelah melewati
perjalanan yang sangat melelahkan dan menyebalkan karena salah satu mahasiswa dari
PMI A ada yang telat dan dijemput dulu, sampai-sampai rombongan yang
menggunakan bus harus menunggu dulu ditengah perjalanan sampai kurang lebih
satu jam. Ketika sampai di BAB kita langsung kumpul untuk prefer selama di
kampung Tekhnologi HAyati dan langsung ISOMA (istirahat, shalat, makan).
Pada saat prefer kita diperkenalkan dengan guide yang akan
memandu perjalanan kita selama di Kampung Tekhnologi Hayati namanya Ka Ridwan,
dia adik tingkat Ibu dosen ketika di ITB. Dalam waktu yang tidak terlalu lama
kita diperkenalkan apa saja yang ada di kampung itu. Kampung yang seluas 15
Hektar itu ditempati dengan berbagai pertanian, padi organik, hutan sekunder, hutan
homogen, rekayasa ekosisitem air, peternakan, biogas, dan banyak lagi. Dari
situ kita sepakat untuk membagi dua kelompok antara PMI A dan PMI B, PMI A
dipandu oleh Ka Qori dan Pak Dani dan PMI B dipandu oleh Ka Ridawan dan Ibu
dosen tercinta.
Pertama kali kita melakukan perjalanan dari depan vila setelah shalat
dzuhur, disitu kita diajak ka Ridwan untuk melihat perkebunan strawbery.
Strawbery itu sendiri ditanam untuk di produksi, strawbery itu ditanam dengan
sistem plasma sebanyak 100 ribu pohon, dari pihak petani juga mereka
memproduksi strawbery seperti paking dan langsung di distribusikan melalui
supermarket. Strawbery itu sendiri ditanam dengan menggunakan pestisida alami
dan menggunakan pupuk organik juga supaya tahan lama. Strawbery ditanam dengan
suhu 1000 derajat celcius. Strawbery itu ditanam dengan menggunakan polibek
terbalik dan menggunakan musa sebagai penghalang supaya gulma (hama)tidak
terlalu banyak mengenai pohon strawbery. Satu polibek dilubangi tiga lubang,
dua untuk pohon strawbery dan satu yang berada dibagian tengah untuk tempat
pupuk.
Disana juga kita menemukan bibit pohon suren sebagai pohon keras yang
merupakan salah satu tanaman yang dikelola oleh kampung Tekhnologi Hayati.
Setelah kita selesai mengamati lahan strawabery diselingi dengan tanya
jawab, kita melanjutkan perjalanan ke kawasan yang rencananya akan ditanam kopi
luwak. Disana terlihat pohon porsi tiga yang dikhususkana untuk luwak karena
luwak menyukai pohon dalam bentuk porsi tiga. Disana juga kita diperlihatkan
pada kawasan tanah yang dulunya ditanam ubi lembu. Mengapa ubi lembu memiliki
ke khasan tersendiri sehingga bisa dikenal oleh semua orang…? Itu karena cita
rasa dan kelembutan ubi yang hanya bisa didapatkan pada ubi Cilembu. Tanah yang
ada di Cilembu bisa membuat ubi itu memiliki rasa yang khas walaupun bibit yang
ditanam di ambil dari daerah lain tetapi apabila di tanam di Cilembu ubi itu
memiliki rasa khas yang dimiliki oleh ubi cilembu.
Ka Ridwan selanjutnya mengajak kami ke lahan yang ditanami nanas madu
sebanyak satu hektar, nanas itu dipanen dua kali dalam satu tahun. Selain itu,
nanas itu juga ditanam tumpang sari dengan manggis dan tanaman lainnya. Tumpang sari adalah suatu
bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu
areal lahan tanam dalam waktu
yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah
penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya
yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung
dan kacang tanah.
Darisana kita beranjak dan menemukan sebidang lahan yang ditanam dengan
sayuran. Sayuran tersebut ditanam sebagai upaya untuk pemuliaan bibit dan
melestarikan tanamana langka seperti kangkung darat. Disana juga terdapat daun
kemangi, bawang daun, dan sayuran lainnya. Rencananya kawasan itu akan
dijadikan sebagai ekowisata yang membuat pengunjung bisa memetik sayuran
sendiri.
Tidak jauh dari situ, kita diajak untuk melihat air yang merupakan upaya
rekayasa ekosistem, bendungan itu dibuat sebagai ekosistem untuk manusia. Jadi
ketika hujan besar, persediaan air tetap bagus. Kedepannya pihak pengelola
berharap tempat itu bisa digunakan sebagai bagian dari wisata, jadi pengunjung
bisa memanfaatkan bendungan itu untuk berendam ataupun berenang.
Selanjutnya kita jalan-jalan untuk melihat sebagian lahan yang kelihatannya
tidak terurus, Ka Ridwan membenarkan bahwa kawasan itu dibiarkan begitu saja
karena agar bisa menjadikan kawasan itu sebagai hutan sekunder. Dan tidak jauh
dari situ kita bisa menyaksikan hutan homogen yang hanya ditanami oleh pinus
saja. Disitu kita bisa dapat penerangan bahwa pada hutan homogen pun bisa
terjadi suksesi, artinya pada hutan homogen pun terjadi pergiliran tanaman.
Walaupun kita tidak bisa menyusuri kawasan hutan homogen secara langsung,
tapi kita tetap bisa melihat sebagian
pohon pinus yang nampak dari kejauhan.
Perjalanan dilanjutkan untuk melihat padi yang ditanam secara organik.
Disebut padi organik karena padi tersebut ditanam tanpa menggunakan pupuk
kimia, tanpa pestisida, dan aliran airnya pun terhindar dari limbah.
Setelah itu kita beranjak untuk melihat beberapa tanaman yang ditanam
dengan menggunakan pupuk dari kotoran kelinci yang telah dicampur dengan
kompos. Hal ini dilakukan agar terjadi proses input dan output yang seimbang.
Ketika kelinci memakan rumput, maka rumput juga membutuhkan pupuk yang berasal
dari kotoran kelinci ataupun kotoran yang lainnya. Untuk itu jumlah hewan yang
dipelihara harus sesuai dengan jumlah rumput yang tersedia.
Tidak jauh dari situ kita diajak untuk melihat bermacam-macam ekosistem
yang tersebar di sebuah kawasan. Disana juga nampak kolam yang terjadi alga
blooming, hal itu terjadi karena jumlah ikan yang berada dikolam yang terjadi
blooming alga sangat sedikit. Berbeda dengan kolam yang satunya lagi, karena
disana banyak ikan yang hidup, maka disana tidak terjadi blooming alga. Setelah
itu kita juga menyaksikan sungai yang airnya jenih, kata ka Ridwan awalnya
sungai itu dibuat untuk bendungan dan disana dipelihara ikan benter[1],
namun pada saat itu hanya terlihat aliran sungai yang jernih dan ikannya tidak
nampak.
Darisana kita menuju ke tempat yang digunakan untuk biogas. Namun
ditengah perjalanan kita ditunjukkan pada soaring[2]
yang digunakan oleh 4-5 elang. Disekitar situ juga terlihat lahan yang ditanam
khusus dengan pisang muli, dan pisang muli ini biasa dipanen selama 9 bulan.
Tidak jauh dari situ kita juga ditunjukkan pada beberapa tanaman herbal seperti
teh rosela dan tanaman mint. Setelah sampai dari tempat yang digunakan untuk
biogas, kita langsung kembali ke balai pertemuan dan istirahat sejenak untuk
melepas lelah dengan menikmati air the hijau yang telah disediakan oleh
pengelola Kampung Tekhnologi Hayati.
Perjalanan dilanjutkan ke kawasan yang khusus
digunakan unuk peternakan. Disana kita diperlihatkan pada beberapa macam
peternakan, dari mulai ternak meri yang dihabitatnya terdapat kolam yang
ditempati oleh ikan lele, juga ada ternak ayam yang dibawahnyan terdapat ikan-ikan
kecil yang siap untuk memakan kotorannya.
Selain itu disana juga terdapat ternak sapi, baik sapi
potong maupun sapi perah, kambing,buras,ayam, dan yang lainnya.
Setelah semuanya dirasa cukup kita langsung berkumpul
dan melakukan sedikit sharing. Lalu kita diberikan tugas untuk menuliskan
laporan kegiatan observasi itu dan langsung kembali ke tempat parkir untuk
persiapan pulang. Setelah selasai berfoto untuk kenang-kenangan kita langsung
bergegas untuk pulang. Alhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar