Curhatku..
Kala itu aku pernah mengunjungi batu tulis sebelumnya ketika usiaku
masih di bawah umur, aku pergi kesana bersama keluargaku dan pamanku yang saat
itu sedang sakit, dan ketika mengunjungi batutulis pun sebetulnya itu hanya
sekedar mampir saja karena tujuan utamanya adalah berziarah ke Empang yang disana ada kakek sepupu sebagai
kuncennya dan sekaligus merupakan orangtua asuh dari ayahku.
Ketika dari mata kuliah SPI (Sejarah Peradaban Islam)menugaskan untuk
bisa menulis sejarah, aku tertarik dengan batutulis itu karena mungkin sebagian
orang tidak mengetahui keberadaan prasasti itu karena prasasti itu berada di
dalam sebuah tempat yang berukuran 5x5 M dan mirip seperti kantor kelurahan.
Pada kepulanganku yang pertama di smester III aku langsung membuat schedlu
untuk bisa mengunjungi prasasti yang tepatnya berada di Jalan Sudirman,
kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor, Indonesia.
Saya pergi kesana bersama Ayah saya dengan menggunakan sepeda motor
melalui jalur Ci hideung. Perjalanan kesana menghabiskan waktu kurang lebih
satu jam. Ketika sampai disana, aku dan ayahku disambut baik dengan seorang
bapak separuh baya yang biasa diam disitu hanya untuk memparkirkan motor-motor
para pengunjung. Kebetulan saat itu saya datang di hari minggu jadi disana juga
banyak orang yang sedang berziarah.
Sebelum saya masuk ke dalam ruangan saya pun berkenalan dengan salah
satu kuncen disitu, Pak Firman namanya, seorang bapak yang biasa menjaga dan
merawat batu tulis itu. Saya mendapatkan informasi dari pak firman bahwa batutulis itu merupakan salah satu
peninggalan raja padjajaran yang merupakan patilasannya. Batutulis itu sendiri
itu tidak ada kaitannya dengan Mbah Dalem hanya batutulis saja, namun sering
kali peziarah yang mengunjungi batutulis pasti sekalian berziarah ke Mbah
Dalem.
Kebetulan pada saat itu saya bertemu dengan pegawai dari pemerintahan
yang bertanggung jawab mengenai batutulis, saya meminta izin kepada beliau
untuk menulis sejarah batutulis, beliau sangat apresiasi sekali bahkan jika sudah
ada surat pengantar dari Fakultas, beliau bisa meminjamkan buku-buku yang sudah
lebih dulu ditulis mengenai batutulis agar digunakan sebagai refferensi.
Pak Firman sendiri sangat mendukung akan penulisan buku ini, beliau
bercerita bahwa sebetulnya batutulis ini sempat akan dibongkar oleh petugas
pemerintahan karena diperkirakan di dalamnya terdapat harta karun, namun pada
saat penggalian dilakukan terjadi angin besar di sekitar komplek batutulis
saja, dan akhirnya pembongkaran itu tidak terlaksana.
Pada kunjungan kedua di libur Idul adha, saya datang ditemanai oleh ayah
saya lagi, pada saat itu saya berharap bisa meminjam buku-buku mengenai sejarah
batutulis sebagai kajian pustaka, namun ketika sampai disana pintu gembok
terkunci dan saya pesimis kalau saya tidak bisa masuk, namun tidak lama setelah
itu ada seorang bapak yang menawarkan jasa apabila ingin mengunjungi batutulis
dia akan memanggil kuncennya. Saya setuju saja, dan setelah berselang beberapa
menit datanglah seorang Ibu paruh baya yang tak lama saya tahu namanya bu
Maemunah atau bisa dipanggil Bu Mumun. Saya perjelas kembali kedatangan saya ke
batutulis itu untuk apa dan ketika saya bertanya perihal buku-buku yang sudah
ditulis mengenai batutulis, beliau tidak tahu menahu, beliau hanya memberikan
secarik kertas tentang batutulis yang ditulis oleh pamannya Uwa[1]
Acep yang dudunya Uwa Acep itu memiliki hubungan dekat dengan pak Sukarno,
presiden Republik Indonesia Pertama.
SEJARAH PRASASTI BATUTULIS[2]
Cara penobatan raja-raja pajajaran dibawah kekuasaan prabu Siliwangi
(1428-1521). Arti siliwangi adalah Asilih wewengi atau berganti nama. Dia yang
dinobatkan bernama prabu Guru Dewata Prana, yang dinobatkan lagi untuk kedua
kalinya bernama Sri Baduga Maharaja. Ratu Haji di pakuan pajajaran Sri Sang
Ratu Dewata. Dia yang membuat parit dan benteng pajajaran ( sekarang bekasnya
dapat dilihat di belakang Asrama Pusdikzi lawang gintung ). Dia yang membuat
peringatan berupa gugunungan, dia yang membuat Hutan Samida. Dia yang membuat
Telaga Rena Naha Wijaya yang terkenal dengan Lubuk Sipatuhan ( bekasnya didalam
kebun raya Bogor ). Batutulis yang dibuat semasa pemerintahan Surawisesa anak
dari prabu Siliwangi (1521-1535) yang dipersembahkan untuk mendiang ayahnya dan
membanggakan silsilah serta kebesaran karya ayahnya.
Tujuan utama pembuatan batutulis ini adaalah untuk upacara agama, agar
sakti Sri Baduga Maharaja yang dianggap bersemanyam dalam lingga (lambang
kesuburan) tanda kekuasaannya mampu melindungi Negara yang diancam musuh. Di
komplek batutulis ini terdapat 15 buah peninggalan berbentuk batu yang terdapat
disepanjang aliran Cisadane :
6 (enam) buah batu di dalam cungkup
1(satu) buah diluar teras cungkup, 2(dua) buah dan 6(enam) buah
diserambi dan halamannya.
Batu gigilang tempat duduk untuk upacara penobatan raja-raja semenjak
Prabu Siliwangi berkuasa di Pajajaran telah diambil oleh tentara Banten, ketika
tentara Banten itu menyerang ke pajajaran. Diambilnya batu Gigilang tersebut
adalah adegan dengan maksud politis, dimana setelah diambilnya batu tempat
penobatan raja, maka tidak akan ada lagi raja yang akan dinobatkan di
pajajaran.
Prabu Siliwangi anak dari Rahyang Dewa Nisakala raja Galuh cucu dari
Niskala Wastukencana, dimana setelah dinobatkan jadi raja maka Dia memindahkan
pusat kerajaan ke Pakuan Pajajaran, mulai dari sini diambilnya sejarah hari
lahir bogor pada tahun 1482. Prabu siliwangi atau Sri Baduga Maharaja adalah
seorang olah ragawan dan pemburu dan Ia memilki pasukan gajah. Keraton yang
indah ini dinamakan SANG BIMA atau panjangnya BIMA PUTRA NARAYANA MADURA
SURADUPATI yang diperkirakan terletak di Asrama Pusdikzi Lawang Gintung
sekarang.
Keluasaan Prabu Siliwangi sampai keseluruhan Nusantara dengan pelabuhan
internasionalnya ialah Kalapa dari muara sungai ciliwung, juga Kelawung dan
Cipakancilan dan Cisadane. Pajajaran merupakan kota yang strategis di daerah
Mesapotamia.
1.
….WANGNA
PUN INI PRABU RATU PURANE PUN DIWASTU
Wangna pun ini tanda peringatan bagi Prabu
almarhum dinobatkan
2.
DIYA
WINGARAN PREBU GURU DEWATA PRANA DIWASTU DIYA DINGARAN SRI
Dia bernama prabu guru dewata prana dinobatkan
lagi dia dengan nama sri
3.
BADUGA
MAHARAJA RATU HAJI DI PAKUAN PAJAJARAN SRI BADUGA RATU DE-
Baduga maharaja ratu haji di pakwan Pajajaran
Sri sang ratu de-
4.
WATA PUN
YA NU NYUSUK NA PAKUAN DIYA ANAKA RAHYANG DEWA NIS-
Wata dialah yang membua parit pakwan dia anak
sang dewa nis-
5.
KALA SANG
SIDA MOKTA DI GUNA TIGA INCU RAHYANG NISKALA WASTU
Kala yang mendiang di guna tiga cucu rahyang
niskala wastu
6.
KANCANA
SANG SIDA MOKTA KA NUSA LARANG YA SIYA NU NYIAN SAKAKA-
Kancana yang mendiang ke nu salarang dialah
yang membuat tanda pe-
7.
LA
GUGUNUNG NGABALAY NYIAN SANGHYANG TALAGA
Ringatan gugunungan, membuat teras di lereng
bukit membuat hutan samida, telaga
8.
RENA MAHA
WIJAYA YA SIYA PUN I SAKA PANCA PANDA
Rena maha wijaya ya dialah itu dalam tahun saka
lima li-
9.
WA EMBAN
BUMI…
Ma empat satu ( 1455)
Dalam tahun masehi (1533)
Batutulis once it has
been known where the inaguration of all the kings from the Pajajaran Kingdom
take place during the reighn of Sri Baduga Maharaja or the King of Siliwangi(1482-1521).
It was year of 1533
when the king Surawisesa (1521-1535) successor of sri Baduga Maharaja decreed
the message written on stone which dedicated to the pride of his father’s
parentage and dignity.
The main purpose of
making those in scription is religius ceremony in order that the supernatural
power of Sri Baduga Maharaja which reslaung in that statue of paper (the stone
symbolize the welfare) . It is capable enough to protect the country from his
enamy.
The above inscription
is still sacred for many people. It has structure of a one with a widht of 145
cm, sheight of 150 cm and written in the old Sundanese letters consisting of 9
lines as mentioned on the backcover.
THE MEANING OF THAT
LETTER IS :
Peace unto you. This
is a memorial of the demised Prabu Ratu (King). His majesty was crowded bearing
the predicate of Sri Baduga Maharaja Ratu Haji in pakuan Pajajaran Sri Sang
Ratu Dewata, was be stowed upon his majesty.
It was his majesty,
who had built the for treess of Pakuan. His majesty is the the son of tiga and
grandson of Rahyang Niskala Wastu kancana intered at Nusalarang.
It was his majesty,
who had built mountain shaped memorials which had been declared holly places
for mediation.
His majesty also
created the Talaga Rana Mahawijaya (lake). Indead, it his majesty who had
realized this all in the year of Ska 1455 or 1533 AD-.
Lebih Dekat Dengan Batutulis
Batu tulis merupakan salah
satu tempat bersejarah di Kota Bogor. Terletak di
kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor. Ketika Saya melintasi Jalan Sudirman itu,
bangunan yang didalamnya terdapat prasasti yang sudah berumur ribuan tahun
peninggalan kerajaan Tarumanegara itu
terlihat seperti kantor kelurahan atau rumah penduduk, terlebih
lagi daerah tersebut boleh dibilang padat arus lalu-lintasnya sehingga mata
pengemudi akan cenderung mengamati jalan raya tanpa memperhatikan daerah sekitar yang merupakan tempat bersejarah
karena tidak jauh dari prasasti batutulis kita juga bisa melihat istana
batutulis yang dibangun oleh Presiden Sukarno. Presiden pertama Indonesia’
Prasasti batutulis ini
terletak pada sebuah bangunan yang tidak terlalu besar kurang lebih 5x5 meter
yang dipagari dengan pager besi dan disekitar halamannya terdapat tanaman dan
bebatuan, tempatnya tidak terlalu
menarik dan orang pun cenderung tidak akan terlalu peduli akan keberadaan
batutulis atau mengisyaratkan ada benda istimewa
didalamnya. Papan
wisata yang adapun dipasang sejajar dengan badan jalan sehingga agak susah
dibaca kecuali benar-benar tepat berada diseberang jalan.
Padahal tidak jauh
darisitu pun terdapat kebunraya bogor yang masih berkaitan dengan keberadaaan
batutulis itu dan masyarakat cenderung lebih tertarik untuk berwisata ke kebun
raya Bogor dibanding untuk observasi ke tempat prasasti batutulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar