PENDAHULUAN
Pekan akhir di bulan Maret 2012 telah
menjadi saksi para demonstran melakukan aksi di kantor pemerintahan seluruh
Indonesia. Isu kenaikan BBM mengalahkan isu Wisma Atlet dan Century. Kenaikan
harga BBM bersubsidi, mau tidak mau, akhirnya terjadi juga. Berbagai reaksi
dari masyarakat timbul dengan gencar, baik yang pro maupun yang kontra.
Pemerintahan SBY-Boediono yang juga
didukung Kadin, sebenarnya tidak menginginkan terjadinya kenaikan harga BBM
bersubsidi. Namun, kondisi dan kenyataan yang terjadi memaksa pemerintah untuk
mengambil kebijakan yang non-populis.
Gagasan mengurangi atau menghapuskan BBM
subsidi belum tentu buruk. Persoalannya, hanya tepat waktu atau tidak. Apalagi,
kalau tujuannya untuk mendidik masyarakat mampu agar berlatih mandiri. Selain
itu, bertujuan untuk mengalihkan dana subsidi harga BBM untuk hal yang lebih
perlu. Naiknya BBM juga menginspirasi masyarakat untuk hidup hemat dan kembali
kea lam. Pemanasan global yang terjadi saat ini salah satunya karena banyak
buangan gas. Seandainya masyarakat sadar dan bisa memanfaatkan fasilitas umum
dengan baik dan berpergian dengan menggunakan sepeda, sedikitnya itu akan
mengurangi pemanasan global. Anggaran
BBM bersubsidi pun bisa dialihkan pada sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam
pembangunan Indonesia. Misalnya, seperti untuk membangun infrastruktur. Langkah
pemerintah mengurangi subsidi BBM sudah tepat karena bisa menghemat anggaran
negara.
Kenaikan harga BBM mungkin akan menjadi
solusi paling realistis guna mengurangi beban subsidi pemerintah menyusul
tingginya harga minyak mentah dunia. Melihat kondisi saat ini, kenaikan harga
memang paling realistis. Apalagi, walaupun pemerintah telah menetapkan harga
BBM subsidi, namun realitas di lapangan harga BBM di Jawa lebih murah dibanding
luar Jawa. Sehingga, kenaikan harga tidak terlalu menjadi masalah, khususnya
bagi masyarakat luar Jawa. Selain pro dan kontra kenaikan harga BBM subsidi -
yang ditetapkan sebesar Rp 1.500 - pun mendapat dukungan dari lembaga
pemerintah asing Fitch Ratings. Direktur Senior Fitch Ratings Mark Brown
mengatakan, kebijakan ini akan berdampak positif terhadap peringkat utang luar
negeri pemerintah. Implementasi proposal Pemerintah Indonesia ke DPR untuk
menaikkan harga BBM subsidi akan berdampak positif terhadap peringkat
Indonesia, karena kebijakan ini akan menahan dampak negatif kenaikan harga
minyak dunia terhadap anggaran Pemerintah Indonesia.
Meskipun isu kenaikan BBM selalu menjadi
isu yang krusial, namun kalau kita sedikit mencermati kebijakan pemerintahan
SBY-Boediono, sebenarnya dengan menaikkan harga BBM, ini merupakan langkah
tepat secara ekonomi. Namun, pemerintah dan pihak Pertamina dan kepolisian juga
harus tetap mengambil langkah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya
penyimpangan oleh oknum tertentu akibat kebijakan kenaikan BBM tersebut. Dibutuhkan
kesiapan dari pemerintah untuk mencegah penimbunan, apalagi penimbunan dalam
skala besar. Karena, dampaknya bisa saja terjadi kelangkaan BBM, yang akan
menimbulkan persoalan baru yang cukup serius.
Selain itu juga setiap kebijakan
pemerintah harus didukung dengan kesungguhan pemerintah dalam memajukan negeri
ini. Karena jika masyarakat telah percaya pada pemerintah dan pemerintah bisa
memegang amanah dalam menjalankan tugasnya, tentu tidak akan membuat rakyat
marah. Justru rakyat akan membela dan mendukung program-program pemerintah
dalam memajukan negeri dan mensejahterakan rakyat Indonesia.
Salah satu hal yang membuat masyarakat
demo dan bersikap tidak menerima adalah karena masyarakat kecewa dan merasa
dibuat sengsara dengan menyaksikan para petinggi negeri melakukan kebohongan,
kedzaliman, dan KORUPSI. Dalam memajukan negeri ini dibutuhkan kerjasama dan
rasa sadar setiap elemen, baik rakyat ataupun pemerintah.
Dari rapat paripurna pada 30 Maret 2012
telah dihasilkan bahwa DPR menyepakati opsi kedua yaitu
adanya penambahan ayat pada pasal 7 ayat 6 yang memperbolehkan pemerintah
mengubah harga BBM jika harga minyak mentah (Indonesia Crude Price) mengalami
kenaikan atau penurunan rata-rata 15% dalam waktu 6 bulan.
Sementara opsi
pertama adalah tidak ada perubahan apa pun dalam pasal 7 ayat 6 Undang-Undang
APBN 2012 yang isinya tidak memperbolehkan pemerintah menaikkan harga BBM pada
tahun ini.
Hasil voting DPR
sebanyak 356 anggota dewan menyetujui opsi kedua dan 82 anggota menyetujui opsi
pertama. Sementara 93 anggota dewan dari Fraksi PDIP dan Hanura melakukan walk
out.
Ini Berarti
kenaikan harga BBM tidak dilakukan di bulan April sekarang. Sebetulnya ketika
harga BBM naik bisa mewujudkan rakyat Indonesia yang mandiri dan sadar. Pada
waktu sekarang ini, Dunia telah mengalami pemanasan global yang menunjukkan
banyaknya penggunaan BBM dimana-mana. Padahal jika kenaikan BBM bisa menjadikan
masyarakat hidup mandiri dan peduli lingkungan itu sangat baik. Seharusnya
kenaikan BBM bisa menjadikan Rakyat yang biasa menggunakan sepeda motor bisa
beralih ke sepeda atau jalan kaki. Menurut saya, hal yang lebih utama adalah
mengurangi produksi angkutan pribadi sehingga menjadikan rakyat Indonesia baik
di kalangan atas maupun menengah bisa menggunakan fasilitas umum. Subsidi untuk
BBM dialihkan untuk memperbaiaki fasilitas umum, khususnya transportasi
sehingga membuat rakyat merasa nyaman dan aman ketika menggunakan angkutan umum
tersebut.
PEMBAHASAN
A.
Alasan Kenaikan BBM April 2012
Bakar Minyak (BBM)
berhubungan dengan hajat hidup rakyat. Oleh karena itu
rakyat berhak mengetahui latar belakang dan pemikiran yang melandasi
kebijakan Pemerintah yang menyangkut BBM Bersubsidi, termasuk kenaikan harga
BBM Bersubsidi. Penjelasan kepada rakyat perlu disampaikan secara
utuh, jelas dan mudah dimengerti.
Berikut penjelasan Menteri ESDM terkait
kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM Bersubsidi.[1]
1. Harga
Minyak Mentah Dunia naik
Tahun lalu, tahun
2011, ketika kita menyusun APBN 2012 kita
perkirakan harga minyak mentah Indonesia per barel US$
90 atau Rp 792.000 (berdasarkan kurs 1 US$ = Rp 8.800). 1
barel sama dengan kira-kira 159 liter. Jadi ketika itu perkiraan kita
harga minyak mentah Indonesia Rp 4.981 per liter. Itu harga minyak
mentah.
Dari minyak mentah untuk dapat dijadikan bensin premium dan untuk menyalurkannya sampai ke SPBU (pompa bensin) diperlukan biaya kira-kira Rp 3.019 per liter. Jelaslah bahwa ketika menyusun APBN 2012 perkiraan kita harga pokok dan biaya distribusi bensin premium adalah Rp 8.000 per liter. Agar tidak memberatkan rakyat Indonesia bensin Premium kita jual bukan dengan harga Rp 8.000 namun lebih murah yaitu Rp 4.500 perl liter. Artinya untuk setiap liter ada selisih harga sebesar Rp 3.500 yang ditanggung oleh Negara.
Dari minyak mentah untuk dapat dijadikan bensin premium dan untuk menyalurkannya sampai ke SPBU (pompa bensin) diperlukan biaya kira-kira Rp 3.019 per liter. Jelaslah bahwa ketika menyusun APBN 2012 perkiraan kita harga pokok dan biaya distribusi bensin premium adalah Rp 8.000 per liter. Agar tidak memberatkan rakyat Indonesia bensin Premium kita jual bukan dengan harga Rp 8.000 namun lebih murah yaitu Rp 4.500 perl liter. Artinya untuk setiap liter ada selisih harga sebesar Rp 3.500 yang ditanggung oleh Negara.
Kita perkirakan jumlah
volume BBM Bersubsidi yang akan disalurkan adalah 40 juta kiloliter. Maka
subsidi BBM, Bahan Bakar Nabati dan LPG kita perkirakan
total sekitar Rp 123 trilyun. Sekedar catatan: subsidi listrik adalah sekitar
Rp 45 trilyun dan total seluruh subsidi energi adalah sekitar Rp 208 trilyun.
Dengan meningkatnya
harga minyak mentah kita per barel dari US$ 90
menjadi, kita perkirakan, rata-rata US$ 105 (meningkat
16,66%) dan bahkan mungkin masih bisa bergerak naik
lagi lebih tinggi maka total subsidi
energi itu jika tidak dilakukan perubahan
harga BBM bisa menjadi lebih dari Rp 230 trilyun
setahun.
Kalau kita paksakan menda-nai subsidi Rp 230 trilyun dari belanja negara 2012 yang totalnya adalah Rp 1.435 trilyun akan semakin berkurang kemampuan kita untuk membangun sarana dan keperluan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Maka pada akhirnya semakin sulit kita mewujudkan kesejahteraan rakyat dan memajukan perekonomian negara kita.
Kalau kita paksakan menda-nai subsidi Rp 230 trilyun dari belanja negara 2012 yang totalnya adalah Rp 1.435 trilyun akan semakin berkurang kemampuan kita untuk membangun sarana dan keperluan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Maka pada akhirnya semakin sulit kita mewujudkan kesejahteraan rakyat dan memajukan perekonomian negara kita.
Dalam bulan Maret 2012 kita ketahui
bersama harga minyak di dunia terus meningkat naik.
Awal Maret 2012 harga minyak mentah Indonesia sudah
mencapai per barel US$ 112 atau
Rp 1.008.000 (berdasarkan kurs 1 US$ =
Rp 9.000), atau Rp 6.340 per liter. Sekali
lagi, itu adalah harga minyak mentah yang
belum diolah menjadi bensin premium. Itulah sebabnya harga
BBM Berubsidi terpaksa harus kita naikkan demi
kepentingan kita bersama.
2. Pemerintah
Tetap Memberikan Subsidi
Tidak benar. Negara tetap
memberikan subsidi harga BBM untuk rakyat. Kenaikan harga BBM
Bersubsidi dilakukan hanya terbatas. Untuk bensin premium direncanakan
kenaikannya per liter Rp 1.500, dari harga semula Rp 4.500 menjadi Rp 6.000.
Harga Rp 6.000 ini masih jauh dari harga yang seharusnya, yakni harga pokok dan
biaya distribusi yang saat ini telah melewati Rp 8.000.
Dalam Rancangan APBN
2012 direncanakan tetap akan ada subsidi BBM,
bahan bakar nabati dan LPG sebesar sekitar
137 trilyun. Jumlah ini lebih besar dari
total subsidi BBM, bahan bakar nabati dan
LPG sebesar Rp 124 trilyun yang disediakan dalam APBN 2012 semula, yang
belum diubah.
Negara tidak akan
membiarkan harga BBM yang dibutuhkan rakyat
kecil tergantung kepada harga pasar. Negara kita
tidak menerapkan ekonomi liberal. Negara kita
tetap akan menyediakan BBM Bersubsidi.
3. Ekonomi Indonesia
2012 Menurun
Presiden jika tidak
sangat terpaksa, tidak akan menaikkan harga BBM
Bersubsidi. Presiden sangat menyadari bahwa kenaikan harga BBM ini
akan terasa berat bagi rakyat.
Pada akhir tahun 2011 Presiden
memerintahkan para Menteri untuk mengupayakan jalan lain. Akan
tetapi pada awal tahun 2012 keadaan semakin
sulit dan tidak diperoleh jalan keluar
yang lain. Itulah sebabnya kenaikan BBM Bersubsidi
itu baru diajukan di awal tahun 2012 dan bukan di tahun
2011.Berdasarkan perkembangan terakhir Pemerintah
memperkirakan kondisi ekonomi Indonesia di tahun
2012 tidak sebaik kondisi tahun 2011.
Sebagaimana kita ketahui bersama ekonomi Indonesia 2011 berkembang sangat baik. Pertumbuhan 6,55% dan merupakan pertumbuhan tertinggi di kawasan ASEAN. Inflasi 3,75% dan merupakan infasi terendah di Asia Pasifk. Ekspor mencapai US$ 200 miliar dan menembus batas psikologis.
Sebagaimana kita ketahui bersama ekonomi Indonesia 2011 berkembang sangat baik. Pertumbuhan 6,55% dan merupakan pertumbuhan tertinggi di kawasan ASEAN. Inflasi 3,75% dan merupakan infasi terendah di Asia Pasifk. Ekspor mencapai US$ 200 miliar dan menembus batas psikologis.
Akan tetapi Krisis Utang
Yunani pada tahun 2012 dikuatirkan akan
memicu krisis utang yang lebih luas di Eropa dan dapat
menyebar ke bagian dunia lainnya. Banyak
negara maju diperkirakan mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi.
Jika negara-negara maju
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi maka ekspor kita juga akan
menurun karena kegiatan ekonomi di negara tujuan ekspor kita tidak
sebaik tahun lalu.Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2012 diperkirakan tidak akan sebaik tahun lalu. Ancaman
perlambatan ekono mi dunia benar-benar nyata.
Kita tidak mampu
lagi menambah subsidi BBM dalam jumlah yang
jauh lebih besar lagi dari yang kita
sediakan di tahun 2011. Itulah sebabnya jumlah susidi
energi kita di tahun 2012 berkisar Rp Rp 137 trilyun.
Walaupun jumlah subsidi ini
sudah meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (Rp
124 trilyun) akan tetapi jumlah subsidi ini
tidak cukup untuk menampung seluruh kenaikan
harga minyak mentah Indonesia di tahun 2012.
Perlu diketahui pada
tahun 2011 Undang-Undang tentang APBN 2011 membolehkan
Pemerintah memutuskan sendiri kenaikan harga BBM Bersubsidi tanpa
harus meminta persetujuan DPR, berbeda
dengan ketentuan Undang-Undang APBN 2012. Tetapi
seperti telah dijelaskan tadi, Pemerintah sengaja tidak menggunakan
kewenangannya untuk memutuskan kenaikan harga BBM Bersubsidi itu
karena masih berusaha mencari jalan keluar lain
yang lebih meringankan untuk rakyat.
4. Presiden
Ingin Menyelamatkan Ekonomi dan Pembangunan Kesejahteraan Rakyat
Sampai saat sekarang kita telah memiliki
enam orang Presiden -- Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid,
Megawati Sukarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak Jaman Orde Baru
sampai Jaman Reformasi ini semua Presiden (kecuali BJ Habibie yang
masa pemerintahannya sangat singkat) pernah menaikkan harga BBM Bersubsidi.
Tentu saja semua Presiden yang pernah memerintah itu mencintai rakyat. Keputusan menaikkan harga BBM Bersubsidi mereka lakukan dengan sangat berat dan untuk menyelamatkan ekonomi dan pembangunan kesejahteraan rakyat.
Tentu saja semua Presiden yang pernah memerintah itu mencintai rakyat. Keputusan menaikkan harga BBM Bersubsidi mereka lakukan dengan sangat berat dan untuk menyelamatkan ekonomi dan pembangunan kesejahteraan rakyat.
Hal itu dapat kita
rasakan dengan membuka klipping koran di
masa-masa yang lalu dan membaca pidato serta ucapan
para Presiden kita ketika mereka menaikkan harga
BBM Bersubsidi. Umumnya ucapan mereka senada,
menyatakan bahwa keputusan itu terpaksa diambil walaupun
keputusan itu tidak populer karena mereka tidak
mementingkan popularitas mereka dengan membiarkan
ekonomi negara merosot yang pada akhirnya
nanti akan menyu litkan rakyat.
5. Rencana kenaikan harga
BBM Bersubsidi telah diajukan Pemerintah kepada
DPR
Kita sekarang berada di alam demokrasi.
Berbeda dengan Jaman Orde Baru. Ketika itu Menteri yang membidangi
energi dan sumber daya mineral dapat tiba-tiba
muncul di siaran televisi malam hari untuk mengumumkan harga baru yang berlaku
tiga atau empat jam kemudian.
Rencana keputusan penting yang menyangkut hajat hidup rakyat seyogyanya disampaikan untuk memungkinkan publik ikut mendiskusikannya.Apalagi Undang-Undang yang berlaku tidak memungkinkan Pemerintah menaikkan harga BBM Bersubsidi tanpa meminta persetujuan DPR dengan mengubah Undang-Undang APBN 2012 itu.
Rencana keputusan penting yang menyangkut hajat hidup rakyat seyogyanya disampaikan untuk memungkinkan publik ikut mendiskusikannya.Apalagi Undang-Undang yang berlaku tidak memungkinkan Pemerintah menaikkan harga BBM Bersubsidi tanpa meminta persetujuan DPR dengan mengubah Undang-Undang APBN 2012 itu.
Rencana kenaikan harga
BBM Bersubsidi telah diajukan Pemerintah kepada
DPR dengan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2012.
6. Konsumsi
BBM Meningkat
Konsumsi BBM meningkat karena
kemajuan ekonomi yang kita alami sekarang. Pemerintah dapat
membatasi konsumsi BBM. Tetapi perlu waktu karena
pembatasan itu sebaiknya dilakukan secara alami,
dan bukan karena paksaan. Pembatasan BBM secara
alami akan terjadi jika telah tersedia energi lainnya
yang lebih murah untuk rakyat di luar BBM.
Pemerintah sekarang
sedang bekerja keras meningkatkan pengembangan
energi lain di luar BBM yang lebih murah. Kita sedang
mengupayakan agar sebagian kendaraan menggunakan gas dan
tidak lagi menggunakan premium. Pemerintah akan menambah
jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas, membangun
jaringan pipa penyaluran gas, menyediakan konverter-kit
agar kendaraan yang selama ini memakai BBM dapat memakai gas
dan menyediakan bengkel serta teknisi yang handal
untuk memasang konverter-kit itu.
Tahun 2011 di Indonesia jumlah mobil bertambah 900 ribu buah dan sepeda motor bertambah 7 juta buah. Semua itu membutuhkan penyediaan BBM yang bertambah besar.
Untuk kebutuhan lainnya di luar transportasi, misalnya untuk kebutuhan pembangkit listrik, Pemerintah telah mengembangkan energi baru terbarukan seperti energi surya dan geothermal (panas bumi). Pemerintah juga gencar menganjurkan masyarakat agar berhemat dalam menggunakan BBM. Negeri kita bukan negeri yang kaya BBM. Tetapi negeri kita kaya akan energi di luar BBM, seperti geothermal, energi surya dan energi lainnya.
Tahun 2011 di Indonesia jumlah mobil bertambah 900 ribu buah dan sepeda motor bertambah 7 juta buah. Semua itu membutuhkan penyediaan BBM yang bertambah besar.
Untuk kebutuhan lainnya di luar transportasi, misalnya untuk kebutuhan pembangkit listrik, Pemerintah telah mengembangkan energi baru terbarukan seperti energi surya dan geothermal (panas bumi). Pemerintah juga gencar menganjurkan masyarakat agar berhemat dalam menggunakan BBM. Negeri kita bukan negeri yang kaya BBM. Tetapi negeri kita kaya akan energi di luar BBM, seperti geothermal, energi surya dan energi lainnya.
7. Pemerintah
Ikut Menanggung Beban Kenaikan BBM
Pemerintah ikut
menanggung beban dalam menaikkan harga BBM Bersubsidi ini.Belanja
kementerian dan lembaga negara telah dipotong.
Dalam RAPBN 2012 Pemerintah telah memotong belanja
Kementerian/Lembaga Negara yang dapat ditunda ke
tahun-tahun berikutnya.
Contoh-contoh pengurangan belanja itu antara lain: Kementerian Sekretariat Negara, dari Rp 2.606 miliar menjadi Rp 1.977 miliar, turun Rp 629 miliar. Kementerian Dalam Negeri, dari Rp 17.134 miliar menjadi Rp 16.542 miliar, turun Rp 592 miliar. Kementerian Luar Negeri, dari Rp 5.242 miliar menjadi Rp 4.977 miliar, turun Rp 265 miliar. Kementerian Pertahanan, dari Rp 72.538 miliar menjadi Rp 72.527 miliar, turun Rp 281 miliar. Kementerian Keuangan, dari Rp 17.780 miliar menjadi Rp 16.914 miliar, turun Rp 866 miliar. Dan demikian juga kementerian dan lembaga negara lainnya.
Contoh-contoh pengurangan belanja itu antara lain: Kementerian Sekretariat Negara, dari Rp 2.606 miliar menjadi Rp 1.977 miliar, turun Rp 629 miliar. Kementerian Dalam Negeri, dari Rp 17.134 miliar menjadi Rp 16.542 miliar, turun Rp 592 miliar. Kementerian Luar Negeri, dari Rp 5.242 miliar menjadi Rp 4.977 miliar, turun Rp 265 miliar. Kementerian Pertahanan, dari Rp 72.538 miliar menjadi Rp 72.527 miliar, turun Rp 281 miliar. Kementerian Keuangan, dari Rp 17.780 miliar menjadi Rp 16.914 miliar, turun Rp 866 miliar. Dan demikian juga kementerian dan lembaga negara lainnya.
8. Pemerintah
Memiliki Kebijakan Enegri Untuk ke Depan
Pemerintah sudah
menyusun Kebijakan Energi Nasional sampai tahun 2050.
Di dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2012-2050 telah ditetapkan sasaran bauran energi primer. Peran energi baru dan terbarukan tahun 2025 minimal 25% dan tahun 2050 minimal 40%. Sedangkan peran minyak bumi akan dikurangi menjadi kurang dari 25% (tahun 2025) dan 20% (tahun 2050). Peran batubara minimal 30% tahun 2025 dan 25% tahun 2050. Sedangkan peran gas bumi ditetapkan minimal 20% tahun 2025 dan 15% tahun 2050.
Di dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2012-2050 telah ditetapkan sasaran bauran energi primer. Peran energi baru dan terbarukan tahun 2025 minimal 25% dan tahun 2050 minimal 40%. Sedangkan peran minyak bumi akan dikurangi menjadi kurang dari 25% (tahun 2025) dan 20% (tahun 2050). Peran batubara minimal 30% tahun 2025 dan 25% tahun 2050. Sedangkan peran gas bumi ditetapkan minimal 20% tahun 2025 dan 15% tahun 2050.
Sidang Paripurna Dewan
Energi Nasional (DEN), yang dipimpin oleh Presiden
sebagai Ketua dan dihadiri Wapres, Menteri ESDM
(sebagai Ketua Harian) dan beberapa Menteri serta
anggota lainnya telah memutuskan perbaikan-perbaikan
yang perlu dilakukan terhadap Rancangan KEN
2012-2050. Setelah diperbaiki Rancangan KEN akan
dimintakan persetujuan DPR sebelum ditetapkan oleh
Pemerintah.
9. Pemerintah
telah Menyiapkan Kompensasi
Pemerintah berencana akan memberikan
bantuan kepada masyarakat miskin berupa Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM), Subsidi Beras Miskin
(Raskin), Subsidi Siswa Miskin (SSM) dan Subsidi Transportasi Angkutan Umum.
BLSM akan diberikan kepada 18,5 juta rumah tangga sela-ma 9 bulan a Rp 150.000. Total dana yang dialokasikan termasuk untuk biaya operasionalnya adalah Rp 25,6 trilyun.Lama penyaluran Raskin akan ditambah dari semula 12 bulan menjadi 14 bulan masing-masing 15 kg per bulan.
BLSM akan diberikan kepada 18,5 juta rumah tangga sela-ma 9 bulan a Rp 150.000. Total dana yang dialokasikan termasuk untuk biaya operasionalnya adalah Rp 25,6 trilyun.Lama penyaluran Raskin akan ditambah dari semula 12 bulan menjadi 14 bulan masing-masing 15 kg per bulan.
SSM diberikan kepada siswa SD, SMP, SMA
dan SMK. Total dana yang dialokasikan adalah Rp 3,4
trilyun.Subsidi transportasi berjumlah Rp 5
trilyun dan diberikan dalam bentuk:
- Penambahan anggaran PSO (Public Social obligation) un tuk angkutan umum penumpang dan barang
- Penambahan anggaran PSO (Public Social obligation) un tuk angkutan umum penumpang dan barang
- Kompensasi terhadap
pajak ken daraan bermotor, biaya administrasi pengurusan STNK).
B. Dampak Aksi Demo BBM
1. Distribusi BBM
Di Jawa Tengah dan DIY Dilakukan Malam Hari[2]
Jadwal pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jawa Tengah dan DIY akan
diubah. Jika sebelumnya distribusi BBM ke SPBU dilakukan pada siang hari, kini
pendistribusiannya akan dilakukan pada malam hari guna menghindari aksi
demonstrasi menolak kenaikan harga BBM.
General Manager Fuel Retail Marketing PT Pertamina Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta, Rifki E Hardijanto, membenarkan rencana perubahan
jadwal pendistribusian BBM tersebut. Ini terpaksa dilakukan agar
pendistribusian BBM tidak berbenturan dengan aksi demonstrasi masyarakat
menolak kenaikan BBM. Pasalnya, sejumlah aksi demo dilakukan dengan menyandera
truk tanki pembawa BBM.
Rifki pun membenarkan konsumsi BBM melonjak sejak pemerintah
menggulirkan wacana kenaikan harga BBM pada awal Maret lalu. Peningkatan
konsumsi BBM mencapai sekitar sembilan persen.
Meski terjadi peningkatan konsumsi, Pertamina mengaku siap untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi BBM bersubsidi seperti jenis premium dan solar.
"Pertamina Jateng dan DIY sudah melakukan antisipasi terhadap hal
itu,'' katanya. ''Sehingga, peningkatan konsumsi tidak menjadi masalah bagi
Pertamina.'' (REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG Rabu, 28 Maret 2012 11:58 WIB)
2. Perwira TNI Naik Sepeda[3]
Menyikapi rencana
pemerintah menaikkan bahan bakar minyak (BBM), para perwira TNI di jajaran
Korem 063/Sunan Gunung Jati (SGJ) Cirebon dipimpin langsung Danrem Kolonel
Invanteri Ali Sanjaya bersepeda saat berkunjung ke Kodim 0614 Cirebon dan
Koramil yang ada di lingkungan Kodim setempat.
Selain melakukan
perjalanan dengan menggunakan sepeda ke Kodim dan Koramil sambil memberikan
bantuan sembako kepada masyarakat binaan, meninjau sejumlah SPBU di wilayah
Kota Cirebon, rombongan juga beranjangsana ke kediaman H. Kusnan, tokoh
masyarakat yang juga Ketua LVRI Kotamadya Cirebon. Kegiatan tersebut
mendapatkan apresiasi positif masyarakat yang dilalui rombongan.
Pada kesempatan
tersebut H. Kusnan beserta jajaran LVRI menyambut positif atas kegiatan yang
dilaksanakan oleh Korem 063/Sunan Gunung Jati Cirebon.
"Kegiatan
bersepeda dimaksudkan untuk mengajak sekaligus memberikan contoh kepada
masyarakat dalam menyikapi rencana penyesuaian harga BBM dengan memanfaatkan
alat transportasi sepeda dalam melakukan aktivitas sehari-hari sambil menghemat
Energi," kata Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 063 SGJ Cirebon, Mayor
TNI N. Hartono, Rabu (28/3).
Menurut Kapenrem,
dengan bersepeda di samping untuk mendukung pelaksanaan tugas juga sambil
berolah raga. Dengan bersepeda, ada beberapa manfaat yang bisa diambil yaitu
menghemat energi, meningkatkan kesehatan sekaligus mengurangi polusi udara
sehingga lingkungan tetap terjaga akan kebersihannya.
Sementara itu, Danrem
063/SGJ Kolonel Inf. Ali Sanjaya mengimbau kepada seluruh masyarakat agar dapat
menyikapi setiap permasalahan dengan arif dan bijaksana, senantiasa memedomani
norma dan aturan yang berlaku serta tetap menjaga persatuan dan kesatuan
Bangsa."Selain itu, tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin
membuat situasi menjadi tidak aman," kata Ali Sanjaya.( Rabu, 28/03/2012 -
12:23)
3. Distribusi BBM ke SPBU di Sukabumi Jadi Malam Hari[4]
Untuk mengantisipasi
berbagai kemungkinan gangguan keamanan distribusi pengiriman Bahan Bakar Minyak
(BBM) ke sejumlah Stasion Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Markas Kepolisian
Resort (Mapolres) Sukabumi Kota, Selasa (27/3), telah mengalihkan jadwal
pengiriman. Pasokan BBM yang biasanya dilakukan pada siang hari, kini diubah
jadwal pengiriman pada malam hari.
“Selain mengubah
jadwal pengiriman pasokan pada malam hari. Kami telah berkoordinasi dengan
Makodim Sukabumi untuk membantu pengamanan. Personil gabungan telah melakukan
pengamanan disebelas titik SPBU hingga sebulan lamannya,” kata Kepala
Kepolisian Resort (Kapolres) Sukabumi Kota, Aju Komisaris Besar, Witnu Urip
Laksana didampingi Komandan Distrik Militer (Dandim) Sukabumi, Letnan Kolonel
(Letkol) Inf Muhklis kepada "PRLM", (Selasa,
27/03/2012 - 18:42)
4.
Fasilitas Umum
Di Jakarta Banyak yang di tutup Karena Demonstrasi BBM[5]
JAKARTA, (PRLM).- Sejumlah lokasi penting di
ibu kota, jalan-jalan utama, sekitar Istana Merdeka, Monas, bahkan Pelabuhan
Tanjung Priok diduduki massa. Mereka berdemonstrasi menolak kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM).
Serikat buruh transportasi pelabuhan menutup
Pelabuhan Tanjung Priok mulai pukul 8.00 sampai 12.30 WIB. “Unjuk rasa kami
hanya setengah hari dan pelabuhan lumpuh, tidak ada satu pun pelabuhan yang
beroperasi pada hari ini karena semua armada kontainer tidak boleh ada yang
lewat,” Ketua Umum Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia Ilhamsyah,
Selasa (27/3/12). Ia mengatakan, sekitar seribu orang buruh pelabuhan ambil
bagian dalam demonstrasi yang digelar di depan pintu 9 Terminal Kontainer
Internasional Jakarta (JICT) Pelabuhan Tanjung Priok.
Sejumlah serikat buruh yang turut dalam unjuk
rasa itu antara lain Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI),
Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Serikat Buruh Transportasi
Pelabuhan Indonesia (SBTPI), dan Forum Buruh Lintas Pabrik (FBLP).
Buruh menuntut pemerintah untuk tidak
menaikan harga BBM pada 1 April. Presiden Serikat Pekerja Transportasi Jalan
Raya Fransnoa Marbun mengatakan, jika pemerintah tetap menaikan harga BBM maka
buruh berencana menutup keseluruhan pelabuhan menggunakan armada kontainer yang
ada.
Buruh meminta pemerintah melakukan efisiensi
anggaran belanja negara dengan mengetatkan pengeluaran untuk menyelamatkan
subsidi BBM.
Di pusat ibu kota, mahasiswa yang tergabung
dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Batavia menutup ruas Jalan Gatot Subroto
depan Gedung DPR/MPR RI arah Slipi selama beberapa menit hingga memacetkan arus
lalulintas.
Blokade itu kemudian dibubarkan oleh Sabhara
Polda Metro Jaya yang berjaga di lokasi. Pengunjuk rasa sempat meminta maaf
kepada pengguna jalan dan aparat kepolisian terkait aksi blokade ruas jalan.
Sebelumnya di lokasi yang sama, massa yang
menamakan dirinya Front Oposisi Rakyat Indonesia juga berunjuk rasa menolak
rencana kenaikan harga BBM. Kelompok ini berunjuk rasa pukul 10.00 WIB - 13.30
WIB. Mereka berorasi dan membawa spanduk yang menentang kenaikan harga BBM.
Beberapa elemen masyarakat juga tampak
menggelar unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di depan Gedung DPR RI. Polda
Metro Jaya menyiagakan 22.000 orang anggotanya untuk berjaga, dibantu 8.000
personel TNI. Sejumlah petugas kepolisian lalu lintas berjaga di sepanjang
pagar Tol Dalam Kota serta di dalam Gedung DPR/MPR RI. Beberapa unit kendaraan
taktis dan mobil penyiram air juga berjaga di dalam gedung parlemen itu.
5.
Gaji Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di pangkas[6]
Jakarta - Politisi
Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana membenarkan jika harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) bersubsidi saat ini tidak naik, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) akan semakin berat dan keuangan negara makin tidak sehat
(defisit). Dampak salah satunya bisa jadi gaji para pejabat negara sampai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dipangkas.
"Benar, industri
minyak kita memberikan pemasukan sekitar Rp 225 triliun ke negara. tapi kan Rp
126 triliun digunakan buat subsidi BBM yang tidak jelas siapa yang nikmati,
sisanya masuk ke APBN yang ada digunakan buat bayar gaji pejabat, PNS, Polisi,
TNI dan belanja-belanja negara lainnya," kat Sutan
kepada detikFinance, Selasa (27/3/2012).
Kalau BBM tidak naik,
kata Sutan, maka semakin berat negara berikan subsidi BBM, kalau dibiarkan
defisit anggaran negara bisa berbahaya.
Tidak hanya lembaga
pemerintah, lembaga kementerian non pemerintah seperti Kementerian Lembaga
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) ikut berkorban anggarannya dipangkas untuk
selamatkan APBN. " Apalagi, pemerintah mengusulkan pemotongan belanja
secara besar-besaran, mulai dari pengeluaran belanja pegawai, perjalanan dinas
non operasional, pembelian barang non operasional hingga honorarium yang
diusulkan mencapai Rp 60,9 triliun.
"Itu saja disertai kenaikan harga BBM, kalau tidak? Bagaimana nasib APBN kita," ujarnya.
Makanya, kata Sutan, benar apa yang dikatakan BP Migas, kalau harga BBM tidak naik, dan minyak dunia saat ini harganya tinggi sekali, negara makin berat mensubsidi, jika tidak dinaikan maka bisa jadi tidak pemotongan belanja pemerintah yang dipotong, gaji PNS, pejabat danlainnya bisa dipangkas juga.
"Itu saja disertai kenaikan harga BBM, kalau tidak? Bagaimana nasib APBN kita," ujarnya.
Makanya, kata Sutan, benar apa yang dikatakan BP Migas, kalau harga BBM tidak naik, dan minyak dunia saat ini harganya tinggi sekali, negara makin berat mensubsidi, jika tidak dinaikan maka bisa jadi tidak pemotongan belanja pemerintah yang dipotong, gaji PNS, pejabat danlainnya bisa dipangkas juga.
C. Dampak Kenaikan BBM
1.
Sosial
Dilihat dari sisi sosial, pengaruh dari
kenaikan BBM akan memberikan dampak pemiskinan yang semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan semakin tingginya biaya hidup, terutama bagi mereka yang tinggal di
perkotaan. Hal ini akan menjadikan mereka yang selama ini hidup pas-pasan
menjadi miskin karena tidak mampu mengikuti kenaikan biaya hidup. Pada skala
besar akan menjadi fenomena pemiskinan secara sistematis dan berkelanjutan.
Jangan kaget, bilamana nanti kita akan melihat di sekitar kita, semakin banyak
pengemis di jalanan, para pemulung sekitar tempat tinggal dan semakin maraknya
pelacuran serta semakin banyak dijumpai kejadian kriminal di negeri ini. Bagi
mereka yang berada dan dekat dengan lingkaran kekuasaan, hal ini akan membuat
mereka menaikkan pungutan liar dan nilai uang yang dikorupsi, dengan alasan
untuk “menutup” kenaikan BBM.
Kenaikan harga BBM
menyebabkan keresahan di masyarakat. Karena naiknya BBM berujung pada naiknya
semua bahan pokok, transportasi, listrik, dan lainnya. Sementra kemiskinan di
Indonesia merupakan maslalah yang masih menjadi PR pemerintah, belum lagi
pengangguran, dan criminal. Semua itu seharunya dijadikan pertimbangan
pemerintah dalam mengambil kebijakan. Selain itu, akhir-akhir ini masalah
korupsi selalu mewarnai media cetak dan elektronik setiap harinya, wisma atlet
dan century yang tak berujung dan membuat rakyat Indonesia menangis ketika BBM
dinaikkan sementara tidak sedikit pemerintah yang hidup dengan mendzalimi
rakyat. Naudzubillah.
Dalam perspektif apa pun, kenaikan harga
BBM selalu mendatangkan cerita buruk. Karena, trend kenaikan BBM selalu memberi
effect domino atau mulltiplier effect terhadap berbagai kebutuhan dasar
masyarakat. Dampak turunan yang paling besar adalah naiknya harga kebutuhan
pokok, diikuti oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL), transportasi, dan
harga-harga lainnya. Memilih menaikkan harga BBM, seperti memakan buah
simalakama - tidak makan salah, dan makan pun salah. Jika harga BBM tak
dinaikkan, beban negara akan semakin berat, aktivitas pembangunan pun akan
terhambat. Rasionalisasi penyehatan atau penyelamatan APBN pun selalu menjadi
tameng yang ampuh untuk menaikkan harga BBM.
Sebaliknya, jika harga BBM dinaikkan, APBN
akan kuat, lewat pendapatan negara yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang
sehat. Namun, hal ini tidak akan berarti apa pun, jika mayoritas masyarakat
Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan (terancam dibatasi subsidi).
Selain pengangguran menggila, rakyat tidak mendapatkan pelayanan sosial (social
service) yang baik, jaminan sosial (social Insurance) berkualitas, akses
pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas, serta proteksi terhadap
sandang-pangan-papan yang memadai.[7]
PKS
sendiri secara prinsip memahami bahwa kebijakan menaikkan harga BBM
terpaksa diambil pemerintah untuk mengimbangi harga pasar minyak dunia. ''Dalam
konteks ini kami tidak punya urusan dengan harga minyak dunia, kami hanya fokus
pada dampak sosial setelah kenaikan BBM,'' kata Presiden PKS Lutfi Hasan Ishak
saat akan membuka Rakornas Jati Jaya, Bali, Nusra di Surabaya, Jumat
(9/3/2012). Dia khawatir, jika formulasi yang dibuat tidak efektif akan
berdampak pada masalah ekonomi yang ujung-ujungnya juga berdampak pada
stabilitas politik nasional. ''Kami menunggu formulasi yang disusun oleh
menteri terkait untuk dibahas bersama dan dikritisi,'' tambahnya. Menyikapi
kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diterapkan sebagai salah satu
kompensasi kenaikan harga BBM, Lutfi mengatakan, BLT hanya bersifat sementara
sehingga tidak cukup signifikan untuk ''menyembuhkan'' korban kenaikan harga
BBM.[8]
2.
Ekonomi
Kenaikan BBM sebentar lagi akan ditetapkan
pemerintah pada bulan April tahun 2012 ini, meskipun belum terjadi namun
dampaknya sudah mulai terasa pada kehidupan sehari-hari.
Bagi masyarakat kelas menengah keatas,
mungkin belum begitu terasa secara nyata. Karena secara ekonomi mereka masih
memiliki simpanan yang cukup dalam melanjutkan hidup. Bagi masyarakat menengah
kebawah hal ini akan terasa sekali dalam kehidupan sehari-hari.
Di bidang ekonomi, kenaikan BBM secara
pasti akan menaikkan biaya operasional sehari-hari. Pengaruh yang sangat terasa
adalah kenaikan biaya transportasi jalan raya, yang akan diikuti dengan
kenaikan biaya listrik dan air, kenaikan tarif tol. Dan pada gilirannya akan
berdampak pada kenaikan sembako (sembilan bahan pokok).
Bilamana kenaikan ini tidak diserta dengan
kenaikan pendapatan, maka akan menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Bilamana seorang kepala keluarga dengan dua orang anak setingkat SD/SMP,
memiliki penghasilan per bulan satu juta lima ratus ribu. Maka kenaikan biaya
hidup sebesar 15 sampai dengan 25 persen per bulan pasti akan menambah jumlah
hutang mereka. Dengan asumsi kebutuhan per bulan sebesar 1,6 juta, akan
menambah jumlah hutang sebesar 200 sampai dengan 300 ribu sebulan. Belum lagi
bila ditambahkan dengan kenaikan biaya pendidikan, maka akan kita lihat lebih
banyak lagi warga miskin di negeri ini.
Di bidang industri akan menambah biaya
transportasi bahan baku dan pada distibusi barang jadi kepada masyarakat luas
di satu sisi. Di sisi lain, tingkat daya beli masyarakat akan mengalami
penurunan. Sehingga bisa terjadi penumpukan barang-barang produksi. Bilamana
hal ini tidak terjadi perbaikan, di masa mendatang akan meningkatkan biaya
operasional (overheat production), sehingga akan terjadi pengurangan jumlah
buruh dan menaikkan jumlah pengangguran di Indonesia.
3. Politik
Kenaikan harga BBM tidak hanya meresahkan
rakyat Indonesia, akan tetapi mereka yang bergerak di bidang politik pun ikut
berkecimpung di dalamnya. Kenaikan harga BBM yang seharusnya hanya berada di
ranah ekonomi masuk pula ke ranah politik.
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, isu tentang kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) menjadi rumit karena ada pihak yang menariknya ke
ranah politik. Menurutnya, kerumitan tidak akan terjadi jika permasalahan itu
selesai di ranah ekonomi. "Naik turun harga kan biasa. Menurut saya yang
bukan orang politik, semua menjadi rumit karena dibawa ke politik," kata
Nuh, Selasa (27/3/2012), di gedung Kemdikbud, Jakarta.
Isu kenaikan harga
BBM menjadi rumit ketika masuk ke aranah
politik. Bahkan banyak pihak yang menarik masalah ini berpengaruh pada
pemilihan Presiden pada 2014 mendatang. Sehingga kata Nuh ada semacam imajinasi politik di luar
orisinalitas permasalahan sebenarnya. "Karena itu, muncul kreativitas
politik yang macam-macam, Padahal ini persoalan biasa yang seharusnya
dikembalikan keorisinalitasannya. Isu kenaikkan harga BBM harus dikembalikan
pada domain ekonomi. Karena bagaimanapun, pemerintah telah memikirkan secara
cermat segala dampak dari diputuskannya kebijakan tersebut.
Secara politis, dengan terjadinya kenaikan
BBM akan mengakibatkan semakin tingginya biaya politik yang harus dibayar dan
semakin maraknya penyelewengan penyelenggaraan kekuasaan yang terjadi di negeri
ini.
Adalah merupakan rahasia umum, pemberian
sejumlah “biaya siluman” dalam menggolkan suatu peraturan. Dana ini tentunya
tidak tertulis dalam lembaran administrasi negara. Namun berlangsung secara
“wajar” dalam penyelenggaraan administrasi kenegaraan. Dengan adanya permintaan
kenaikan BBM tentunya jumlah yang diminta juga akan semakin besar, dengan
alasan agar tidak terjadi gejolak yang meningkat di masyarakat dan juga untuk
“menenteramkan” anggota partai dan para simpatisan. Di satu sisi, besarnya
biaya siluman ini akan berdampak pada pengurangan anggaran di sektor lain,
biasanya anggaran yang menyangkut kesejahteraan masyarakat, yang dianggap
“tidak penting”. Sehingga kemungkinan jumlah masyarakat yang terlayani dalam
bidang kesejahteraan akan semakin jauh berkurang. Bilamana hal ini terjadi,
maka pengurangan biaya kesejahteraan seperti, pelayanan kesehatan dan fasilitas
infrastruktur. Hal akan menjadikan masyarakat kelas bawah yang mengharapkan
bantuan menjadi semakin terpuruk.[9]
Kompensasi dampak kenaikan BBM seperti
bantuan langsung tunai (BLT) pun tidak akan bisa memberi dampak yang nyata bagi
masyarakat. Selain karena tidak tepat sasaran juga banyak potongan di dalamnya.
Bilamana kondisi semacam ini berlangsung
terus, bisa menimbulkan berbagai keresahan yang berujung pada gejolak sosial
dan politik di masyarakat.
Seperti kita baca di berbagai media, saat
ini masyarakat kita dalam kondisi temperamen. Sehingga bila ada masalah sedikit
saja yang melibatkan aparat dan masyarakat bisa berakibat kerusuhan massa.
Di sisi lain, juga akan menjadikan suatu
alasan kuat bagi para “lawan politik” partai yang berkuasa untuk
mendiskreditkan pemerintah, dengan salah satu alasan “tidak melindungi”
kepentingan masyarakat bawah dan kurang bijak dalam kondisi sulit untuk
menaikkan harga BBM.
Hal ini juga ditunjang dengan masalah
carut marut dalam pemerintahan, termasuk penanganan korupsi yang tidak jelas
ujung pangkalnya dan kapan berakhirnya.
Berbagai alasan tersebut di atas bisa
menjadi salah satu senjata dalam mendiskreditkan pemerintah dan partai yang
berkuasa saat ini. Dalam periode selanjutnya bisa menjadi sarana untuk
melakukan empeachment terhadap presiden.
Bilamana pemerintah tidak mewaspadai
dampak multi dimensi yang akan terjadi, maka nasib negeri ini sebagai negara
yang gagal (fail state) hanya menunggu waktu saja. Dan kita juga hanya bisa
berharap dan berdoa bagi keselamatan kita masing-masing.
4.
Wisata
Kenaikan BBM akan sangat berpengaruh pada kunjungan
wisata disetiap objek wisata di Indonesia. Kemungkinan
turis mancanegara tidak begitu masalah, namun wisatawan domestik sangat terikat
dengan transportasi, dengan angkutan darat seperti mobil pribadi, travel, bus,
dan kereta api. Belum lagi, penyesuaian lain mulai dari tarif hotel, makanan,
serta barang kebutuhan pokok lainnya.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Tazbir sampai
sekarang mengaku belum bisa memprediksikan lebih rinci seberapa besar pengaruh
dari kenaikan BBM itu pada tingkat kunjungan wisatawan. Untuk menjaga tingkat
kunjungan turis itu, Pemprov DIY juga belum berencana menaikkan harga tiket di
sejumlah objek wisata di DIY.
"Kami belum akan menaikkan dulu harga
tiket wisata, masih melihat perkembangannya," ucapnya.
Sementara itu, Sekjen BPD Perhimpunan
Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono mengakui, dengan
kenaikan BBM nantinya tentu akan mempengaruhi kunjungan wisatawan.
"Mungkin masyarakat akan berpikir
ulang untuk berwisata," katanya. (B Sugiharto)
D. Solusi Pemerintah Atas Kenaikan BBM
1. Kompensasi
Pemerintah memang menyiapkan skema kompensasi berharga
dalam RAPBN-P 2012 sebagai alat peredam jika harga BBM dinaikkan. Pemerintah
menyiapkan empat kompensasi bagi masyarakat yang terkena dampak kenaikan
harga BBM. Kompensasi itu, antara lain, bantuan langsung tunai, menambah jumlah
penerima beasiswa bagi masyarakat miskin, menambah jumlah beras untuk rakyat
miskin, dan kompensasi bagi sektor transportasi. Namun, dari keempat
paket kompensasi tersebut hanya beasiswa pendidikan untuk masyarakat miskin
saja yang dianggap sebagai program yang agak cerdas.
Selain itu, form kompensasi seperti pembagian bantuan
langsung tunai (BLT) yang berubah menjadi bantuan langsung sementara masyarakat
(BLSM), hanyalah program pengulangan yang banyak dikritik masyarakat. Program
tersebut sejauh ini dinilai gagal, karena penyalurannya banyak yang tidak tepat
pada sasaran masyarakat miskin. Program BLT hanya membuat orang miskin semakin
miskin, akibat mentalnya juga dimiskinkan oleh program filantropi dadakan.
BLSM sebenarnya hanya "ganti
baju" dari BLT yang pernah ada pada 2005, dan 2008 karena substansi kedua
program ini persis sama. Pemerintah memberikan bantuan kepada keluarga miskin
yang terdaftar sebagai rumah tangga miskin (RTM), dalam bentuk uang tunai
(cash).
Pemerintah menetapkan anggaran BLSM 2012
sekitar Rp 25 triliun, lebih besar ketimbang BLT tahun 2005 (Rp 4, 6 tiriliun),
dan BLT 2008 (Rp 14,1 triliun). BLT memberikan uang tunai Rp 100
ribu/RTM/bulan, sedangkan BLSM mengalokasikan Rp 150 ribu/Rumah Tangga Sasaran
(RTS)/ bulan. BLT 2005 dan 2008 hanya diberikan selama tiga bulan, sedangkan
BLSM tahun 2012 terjadi peningkatan bantuan selama sembilan bulan.[10]
Pemerintah jangan tergesa-gesa, tetapi
perlu memperhitungkan permasalahan BLT 2005, 2008. Agar pelaksanaan BLSM 2012
lebih baik, dan tidak ada friksi, gejolak, keresahan pada akar rumput atau di
kalangan rakyat miskin, seperti yang terjadi pada BLT itu. Tahapan persiapan
perlu lebih matang agar kekurangan pada 2005 dan 2008 tidak terulang kembali.
Apalagi, kini birokrasi pengelola BLSM pada umumnya pejabat atau pengelola
baru. Pengelola BLT 2005, 2008 banyak yang sudah dimutasikan ke bagian lain
atau pensiun. Maka, diprediksi pengola BLSM 2012 sebagian besar adalah muka
baru yang start dari "kilometer nol" .
Pengelola BLSM harus mau belajar dari
berbagai sumber dan sudah menganalisis cukup komprehensif permasalahan BLT
2005, 2008, agar BLSM 2012 tidak tersandung kesalahan yang sama. Identifikasi
masalah BLT jilid I, II, terbagi dalam dua bagian. Pertama, masalah yang
bersumber dari lapangan/dalam masyarakat. Kedua, masalah yang bersumber dari
internal pengelola, yaitu pemerintah. Termasuk kritikan BLT sebagai suap
politik kepada rakyat, dan ini menguntungkan partai penguasa.
Pertama, BLT I, II menuai banyak protes
bahkan ditolak banyak pejabat daerah. Ada bupati dan kepala desa menolak BLT
2008 dengan alasan rakyat miskin yang berhak, justru tidak terdaftar dalam BLT.
Ada bupati, kepala desa mengkhawatirkan kemungkinan timbul bibit-bibit
kesenjangan sosial di antara RTM di pedesaan atau di perkotaan. Tahun 2012
penerima BLSM, ada sebanyak 18,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS). Tiap RTS terdata
lengkap by name by address.
Persoalan krusial, keluarga miskin
sungguh-sungguh miskin namun nama dan alamat tidak masuk RTS, alias tidak
diikutkan program BLSM. Mereka tinggal menyebar dari kota metropolitan Jakarta
sampai desa terpencil di pulau-pulau terluar. Mereka tunawisma, hidup di
sekitar rel kereta api, kolong jembatan, pemulung di lapak kontrakan, janda
miskin, lansia miskin. Jika data RTS tidak menjangkau populasi tersebut maka
berpotensi memicu keresahan.
Karena itu, subyek persoalan kedua terletak
pada birokrasi pemerintah. BLT jilid I dan II disinyalir sebagai suap politik
untuk kemenangan partai politik tertentu. Kritikan keras datang dari elite
politik, khususnya politisi. Puluhan triliunan rupiah sebetulnya bisa digunakan
untuk membangun infrastruktur yang membuka isolasi atau menolong rakyat miskin
di bidang kesehatan, atau pendidikan. Toh, rakyat miskin mempunyai kekuatan,
hanya pemerintah saja yang menganggap enteng kekuatan rakyat miskin, dan
cenderung melihat kelemahan mereka.
Namun, jika BLSM diluncurkan, pemerintah
tidak perlu meniru-niru "semangat" BLT. Terkesan terburu-buru
menggulirkan, dengan alasan rakyat miskin mengalami shock, daya beli terpukul
hebat, dan berada pada jurang kesulitan ekonomi yang berat. Pemerintah jangan
cepat menyimpulkan BLT merupakan alat terapi yang manjur untuk mengatasi rakyat
miskin yang sedang shock. Karena, dampaknya bisa bagaikan bumerang, pengelola
kewalahan, rakyat resah di "akar rumput".
Masalah BLT I, II terkait data RTM yang
masih data kasar. Proses memperoleh RTM kurang obyektif, banyak petugas
lapangan tidak profesional, gampang terpengaruh tekanan tokoh formal dan non
formal pada tingkat desa/kelurahan.
Dalam hal ini pemerintah perlu
mempersiapkan diri, agar mekanisme BLSM tidak mengulangi kesalahan masa lalu.
Dana jangka pendek BLT yang berbentuk charity program
hanyalah menjerat orang miskin dalam kemalasan pasif, hingga kemiskinan absolut
(poverty of absolute) akan menjadi budaya terus menerus. Walaupun hasil survey
LSI tentang BBM, BLT, dan efek elektoral, baru-baru ini menunjukan bahwa
sebanyak 69,64 persen atau 440 responden di seluruh Indonesia menyukai BLT,
namun program ini tidak harus dikapitalisasikan sebagai pemadam kebakaran
secara jangka panjang, karena berpotensi dipolitisasikan.[11]
Kompensasi berikutnya dalam bentuk subsidi untuk
transportasi agar sektor ini tidak terlalu terpukul dengan kenaikan harga BBM,
hanya menguntungkan para pengusaha angkutan itu sendiri. Pasalnya, subsidi
angkutan yang dilakukan oleh pemerintah hanya tertuju pada suku cadang
kendaraan dan pajak kendaraan, bukan subsidi bahan bakar minyak, yang selama
ini menjadi alasan para sopir angkutan untuk meminta menaikan tarif angkutan.
Bukankah yang menjadi instrumen utama penggerak mobil
angkutan adalah BBM yang harganya sepenuhnya ditanggung oleh para sopir
angkutan, dan bukan para pengusaha angkutan yang bermain pada suku cadang
mobil? Jika harga BBM naik, maka otomatis pengeluaran sopir angkutan untuk
memenuhi kebutuhan BBM (bensin dan solar) juga meningkat. Praktis pendapatan
mereka harus berkurang, karena telah dipotong untuk mengisi tangki kendaraan,
ditambah sharing income dengan bos pemilik mobil angkutan, yang besarannya
sudah pasti lebih besar untuk si pemilik.
Itulah sebabnya, subsidi suku cadang dan pajak
kendaraan tidaklah menyentuh aspek substantif peningkatan beban transportasi
dalam kenaikan BBM. Malah membebani para sopir angkutan, dengan beban setoran
yang baru. Seharusnya pemerintah melakukan subsidi khusus untuk mobil angkutan,
dengan cara mensubsidi silang pendapatan pembelian BBM dari mobil pribadi ke
harga BBM mobil angkutan, dengan kontrol yang ketat. Sehingga fair, dan tak ada
lagi keluhan tentang pengguna BBM bersubsidi adalah 70% orang kaya pemilik
mobil pribadi.
Tentang subsidi untuk meningkatkan jumlah beras untuk
orang miskin (raskin), adalah format bantuan yang terkesan akal-akalan.
Pasalnya, penyebab kenaikan harga beras di pasaran disebabkan turunnya produksi
beras dari para petani, lahan pertanian yang semakin sempit, dan infrastruktur
pertanian yang tidak memadai, serta kurangnya keberpihakan pemerintah pada
petani dalam bentuk kebijakan. Petani selalu merugi dengan kebijakan impor
beras yang selama ini terus-menerus dilakukan oleh pemerintah sehingga
mematikan produksi pertanian nasional.
Nah, yang harus disubsidi bukanlah rakyat miskin untuk
mendapatkan beras, namun petanilah yang harus disubsidi dalam bentuk kebijakan
peningkatan produksi pertanian, pengurangan impor, pembangunan infrastruktur,
dan proteksi harga gabah di pasaran. Sehingga, terjadi surplus produksi beras
nasional dengan harga yang terjangkau, dan semua rakyat bisa merasakannya.
Bukannya meningkatkan pasokan beras kepada rakyat miskin yang ujung-ujungnya
berasal dari beras impor, dan menguntungkan pengusaha importer beras.
Paket subsidi terakhir dengan format peningkatan
pemberian beasiswa bagi rakyat miskin, lebih baik dialokasikan untuk
memperbaiki ratusan sekolah yang rusak di Tanah Air dan membangun sekolah murah
dan berkualitas. Sebab, membangun sekolah-sekolah baru yang murah, berkualitas,
akan memudahkan para anak jalanan yang miskin dan kurang mampu memiliki
kesempatan yang sama dalam bersekolah.
Oleh karena itu, paket kompensasi kenaikan harga BBM
jangan sampai menimbulkan dampak sosial yang baru di tengah masyarakat. Subsidi
harus terus dilakukan, dengan program yang cerdas, tepat sasaran dan berjangka
panjang.
PENUTUP
Kenaikan harga
BBM pada 2012 merupakan jawaban atas tantangan ideologi dan politik di
Indonesia. ”Kenaikan BBM akan berdampak pada ketahanan politik dan ekonomi.
Dampaknya sangat besar bagi masyarakat yang penghasilannya jauh di bawah UMR.
Masyarakat dengan kelas tersebut sangat rentan dan kritis tehadap struktur
pemerintahan. Mereka cenderung apatis terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah saat ini. Oleh karena itu dibutuhkan generasi yang mampu berpikir
waras dan mampu memberikan ide konstruktif dan aplikatif kepada negara.
”Saat ini,
desentralisasi kekuasaan cenderung dipusatkan di daerah, sehingga solusi yang
paling baik untuk mengatasai dampak kenaikan BBM adalah dengan melakukan
strukturalisasi yang bersifat kedaerahan. Strukturalisasi tersebut ialah dengan
memperbanyak fasilitas umum yang tentunya lebih fungsional, seperti memasang
jalur kereta api sebagai moda transportasi pengganti kendaraan umum. ”Dengan
KA, kiranya bisa mengefektifkan transportasi dan hemat BBM, apalagi jika
masyarakat yang menggunakan sepeda motor bisa beralih dengan menggunakan sepeda
atau jalan kaki.
Pemerintah
seharusnya menjalankan wewenangnya sesuai dengan UUD dan harus bijaksana dalam
mengelolanya. ”Istilahnya, policy with wisdom, bukan policy without wisdom.
Sebetulnya tidak ada perubahan yang signifikan mengenai kebijakan kenaikan ini. ”Harga BBM sebenarnya tidak naik, tetapi takarannya yang berkurang. Jika dulu uang Rp5.000 bisa untuk satu liter, sekarang hanya dapat 0,3 liter saja,” kata Dewi( Dosen Fakultas Hukum UNPAD)
Selain itu, subsidi BBM di Indonesia paling tinggi dibanding dengan subsidi lainnya.Hal ini bisa berdampak pada kualitas masyarakat Indonesia yang menjadi manja. ”Sekarang, orang Indonesia malas untuk jalan kaki, jarak 200 meter saja inginnya naik angkot. Bahkan beli makanan di warung saja harus naik motor!” .
Sebetulnya tidak ada perubahan yang signifikan mengenai kebijakan kenaikan ini. ”Harga BBM sebenarnya tidak naik, tetapi takarannya yang berkurang. Jika dulu uang Rp5.000 bisa untuk satu liter, sekarang hanya dapat 0,3 liter saja,” kata Dewi( Dosen Fakultas Hukum UNPAD)
Selain itu, subsidi BBM di Indonesia paling tinggi dibanding dengan subsidi lainnya.Hal ini bisa berdampak pada kualitas masyarakat Indonesia yang menjadi manja. ”Sekarang, orang Indonesia malas untuk jalan kaki, jarak 200 meter saja inginnya naik angkot. Bahkan beli makanan di warung saja harus naik motor!” .
Menurut saya
subsidi BBM bukan menguntungkan rakyat, tetapi malah menyengsarakan rakyat.
”Cara terbaik untuk mengantisipasi kenaikan ini dengan mengadakan reformasi
subsidi. Subsidi pemerintah dikeluarkan bukan untuk BBM, tapi untuk perbaikan
transportasi. Jadi akan terjadi mobilitas penduduk tanpa menggunakan kendaraan
pribadi.
Menurut Dosen UNPAD Rizky Ananda dan Ludiro Madu mengemukakan, perlu dilakukan semacam Fuel Security Policy terkait kenaikan harga BBM. Tujuannya untuk mengatur pendistribusian BBM hingga sampai ke tangan yang tepat.
Menurut Dosen UNPAD Rizky Ananda dan Ludiro Madu mengemukakan, perlu dilakukan semacam Fuel Security Policy terkait kenaikan harga BBM. Tujuannya untuk mengatur pendistribusian BBM hingga sampai ke tangan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.esdm.go.id/news-archives/102-menteri/5574-10-jawaban-tentang-kenaikan-harga-bbm-bersubsidi.html
[2]http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/12/03/28/m1kwgy-hindari-aksi-demo-distribusi-bbm-dilakukan-malam-hari
[4]
http://www.pikiran-rakyat.com/node/182217Sejumlah Lokasi di Jakarta Jadi
Pusat Aksi Terkait BBM
[6]
Detik finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar