Pages

Jumat, 03 Agustus 2012

Penerapan Akidah sebagai Langkah Awal Pengembangan Masyarakat Islam


Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat masyarakat Jahiliah hanya mementingkan diri mereka dan kemaslahatannya, dengan mengenal akidah, mereka relah mengorbankan
segala yang mereka miliki demi agama dan kepentingan sosial. Akidah telah berhasil menghancurkan tembok pemisah yang memisahkan antara ketamakan manusia akan kemaslahatan-kemaslahatan pribadinya dan jiwa berkorban demi kemaslahatan umum dengan cara menumbuhkan rasa peduli sosial dalam diri setiap individu.
Akidah telah berhasil menumbuhkan rasa peduli sosial ini dalam diri setiap individu dengan cara-cara berikut: menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kepentingan orang lain, menanamkan jiwa berkorban dan mengutamakan orang lain dan mendorong setiap individu muslim untuk hidup bersama.
Dari sisi lain, akidah telah berhasil merubah tolok ukur hubungan sosial antar anggota masyarakat, dari tolok ukur hubungan sosial yang berlandaskan fanatisme, suku, warna kulit, harta dan jenis kelamin menjadi hubungan yang berlandaskan asas-asas spiritual. Yaitu takwa, fadhilah dan persaudaraan antar manusia.
Akidah telah berhasil merubah kondisi pertentangan dan pergolakan yang pernah melanda masyarakat insani menjadi kondisi salang mengenal dan tolong menolong. Dengan ini, mereka menjadi sebuah umat bersatu yang disegani oleh bangsa lain.
Di samping itu, akidah Islam juga telah berhasil merubah tradisi-tradisi Jahiliah yang menodai kehormatan manusia dan menimbulkan kesulitan. Makanya tidak salah salah satu maudu yang di bawakan oleh Rasulullah untuk pertama kalinya membawakan materi tentang akidah lalu ibadah dan akhlak. Darisini kita bisa mengambil uswah mengenai keberhasilan masyarakat klasik dengan gaya kepemimpinan Rasulullah, karena apabila akidah telah tertancap dalam hati sanubari maka akan dengan mudah kesadaran setiap insan untuk melakukan kebaikan akan terwujud. Seperti pada saat itu lahir  keluarga Ammar bin Yasir, Bilal bin Rabah di samping Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali serta Khadijah, Aisyah dan lain‐lain.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.[1]
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri[1]. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.[2]Upaya pemberdayaan yang dapat dialkukan baik pemberdayaan individu, keluarga maupun kelompok atau masyarakat adalah upaya mengembangkan mereka dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. ( Isbandi R., 2003 : 55-63 )
Selanjutnya terkait dengan isu pemberdayaan dikenal dua bentuk intervensi sosial yang dikembangkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat yakni intervensi di tingkat mikro (individu, keluarga, dan kelompok), dan intervensi makro (komunitas dan organisasi).[3]
Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (bahasa Inggris: beneficiaries) atau obyek saja.
Bukan hal yang mudah ketika seseorang ingin mengembangakan potensi masyarakat di suatu daerah karena akan banyak sekali tantangan dan rintangan yang akan dihadapi. Butuh ilmu, kesungguhan, dan keseriusan dari setiap komponen yang bersangkutan karena aspek yang satu dengan aspek yang lainnya akan sangat berkaitan dan terikat. Dan yang lebih diutamakan adalah penerapan akidah sejak dini sehingga ketika ilmu-ilmu lain atau konsep-konsep baru ingin diterapkan sebagai pentuk pembangunan akan dengan sangat mudah diterima oleh individu yang lebih dulu diterapkan akidah dalam hatinya. Apabila satu individu sudah baik maka akan dengan mudah individu tersebut mempengaruhi individu lain sebagai bentuk kepedulian antar sesama. Dan apabila satu kelompok individu telah saling berinteraksi dan menerapkan aspek-aspek yang sangat bermanfaat untuk perkembangan masyarakat dan proses pembangunan maka itu akan mudah dan prospek keberhasilannya sangat tinggi. Hal ini telah dibuktikan pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW.
Pada masa sekarang ini, ketika arus media massa dan elektronik tidak bisa dibendung lagi, fun, food, dan fashion  dengan mudah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Hal ini terjadi karena sebelumnya akidah yang dimiliki masyarakat berbeda dengan hakikat akidah seutuhnya. Ini mengakibatkan perilaku masyarakat yang tidak senonoh dan jauh dari nilai-nilai islam. Lebih jauh perilaku masyarakat yang seperti itu memberikan pengaruh pada proses pembangunan di sebuah negara khususnya Indonesia. Tidak sedikit ditemukan kasus-kasus yang tidak wajar di meja para aparat pemerintahan, korupsi sudah tidak bisa terelakkan lagi ditemukan disetiap pemerintahan, dan lemahnya akidah pun menimbulkan penegakkan keadilan di sebuah negara tidak terkondisikan.
Untuk itu salah satu upaya untuk memajukan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat ke arah yang lebih baik dan maju, dibutuhkan penerapan akidah yang kokoh, kuat, dan mumpuni, sehingga proses pembangunan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, dan pembangunan diberbagai bidang apapun akan terealisasi dengan baik.
Wallahu ‘alam








Referensi
Roesmidi, Pemberdayaan masyarakat, Bandung : Alqapprint, 2006.
Yusuf Qardhawi, Petunjuk Jalan,
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1970.




[1] www. Wikipedia.co.id
[2] ibid
[3] Pemberdayaan Masyarakat, hlm. 42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar