Pages

Minggu, 02 Juni 2013

Industrialisasi Ayam Lokal dan Kontribusi Dalam Pemenuhan Daging Nasional


Notulesi pada Training Center Indonesia Bangun Desa yang disampaikan oleh Drs. Ade Meirizal Zulkarnain
Sabtu, 01 Juni 2013
Indonesia merupakan Negara yang memilki kekayaan hayati unggas lokas terbesar di dunia. Haya saja usaha peternakan di Indonesia didominasi oleh ayam ras (ayam negeri). Ayam Ras itu bisa disebut ayam impor karena 100 % JPS dari luar negeri, bahkan pakan dan obat-obatan pun didatangkan dari luar. Padahal Indonesia memiliki 57 Fakultas Peternakan, tapi tidak mampu menciptakan DOC hingga saat ini.

Pada zaman dahulu di setiap rumah memilki ternak ayam kampung, akan tetapi tak sadar bahwa ayam kampung memiliki peluang bisnis yang besar. Padahal saai ini sudah ada Deklarasi Interlaken yang dikeluarkan FAO di Swiss pada tahun 2007 menetapkan unggas lokal merupakan salah satu hewan ternak yang perlu dilestarikan. Dan Indonesia memiliki induk ayam local yang variatif. Jawa barat memiliki ayam lokal Pelung, Sentul(Ciamis) atau ayam Cung panala, dan Ciparage.  Jawa tengah denga  ayam Kedu, Jawa Timur dengan  ayam gaok, Sumatra Barat denga ayam kokobalengge, Sulawesi Selatan Ayam Ketawa, dan masih banyak lagi.
Kondisi ayam lokal Indonesia pada saat ini 80 % hampir punah karena perhatian dan kebijakan pemerintah kurang berpihak dan perguruan tinggi tidak mumpuni. Untuk itu perlu adanya perhataian khusus sari pemerintah dan sosialisasi yang relevan agar masyarakat kecil bisa mengelola bisnis ayam local, tidak hanya untuk acara adat atau kontes, tapi terlebih untuk dikonsumsi sehar-hari. Pada saat ini muncul isu daging sapi yang menggemparkan hamper setiap lini media informasi baik setak maupun visual, sebetulnya hal ini tidak seharusnya di dramatisir dan terlalu diada-adakan, tetapi hal ini terjadi karena ada kepentingan politik semata. Indonesia sebetulnya sudah swasembada daging nasional. Pada tahun 2012 produksi daging nasional 2.700.000 ton. Dengan spesifikasi daging unggas 67%, daging sapi 18%, daging babi 8%, daging kambing dan domba 4%, daging kerbau 1 %, daging lainnya 2 %. Dengan kebutuhan daging sapi 18 %  tidak seharusnya diributkan dan diperbesarkan karena tanpa sapi kebutuhan protein Indonesia masih tetap terpenuhi dari daging lainnya.
Berikut adalah beberapa alasan kenapa harus unggas local :
1.      Sumber daya genetika asli Indonesia
2.      Menghemat devisa karena tidak perlu impor bibit
3.      Memiilki kelebihan citarasa daging ayam yang khas
4.      Lebih resisten terhadap Flu burung (LIPI dan Balitnak)
5.      Passar segmented (Menengah ke atas)
6.      Harga premium
7.      Permintaan lebih tinggi dari pasokan(Hanya terpenuhi 7 %-10 %)
8.      Pelaku usaha adalah peternakan rakyat
9.      Peternak sebagai pemegang kendali harga
10.  Kandungan kolestrol dan lemak terendah serta zero residu antibiotika kimiawi (BPMPP Kementan)
Ayam kampung itu hanya banyak ditemui di restoran yang elit dan hanya orang kaya yang makan disitu, sementara ayam kampung dibudidayakan oleh orang desa dan mampu memberikan keuntungan pada peternaka ayam local di desa. Sementara  untuk warteg banyak menyediakan ayam tapi ayam ras yang notabene memberikan keuntungan bagi perusahaan besar yang sudah kaya. Harga ayam ras di kandang 15.000/1 Kg, sementara ayam kampung 30.000/1 Kg. harga ayam kampung di Supermarket mampu mencapai 140.000/Kg, tapi kenapa masi diributkan dengan harga sapi yang mencapai 80.000 padahal peluang bisnis ayam kampung sangat besar.
Peningkatan ekonomi di Indonesia saat ini sudah bagus sehingga permitaan ayam kampung lebih besar akan tetapi pasokannya hanya terpenuhi 7-10%. Dari seluruh komoditas ternak yang koelstrolnya rendah addalah ayam kampung. Satu-satunya usaha peternakan lokal hanya untuk usaha mikro, kecil dan menengah (sudah diproteksi oleh pemerintah). Ayam lokal merupakan ternak yang tidak memerlukan perizinan usaha peternakan. Dan mendapat bantuan untuk peternak yang konsisiten sejak 2006 dari Ditjen PKH(Budidaya Unggas di pedesaan).
Kelemahan ayam kampung diantaranya: sekitar 80 % sumebr daya genetika ayam local hamper punah, pengadaan bibit DOC dan DOD yang terbatas, perhataian dalam pembibitan masih kurang, sebagian besar pola beternak masih tradisional dan belum banyak yang menerangkan good Farming Practice, pendanaan dari bank masih sulit.
Peluangnya: dukungan pemerintah yang akan semakin besar dalam rangka mewujudkan unggas lokas menjadi Tuan Rumah di Rumah Sendiri, potensi sebagai komoditas peternakan unggulan sapi potong pasca 2014, permintaan pasar yang terus meningkat, dan semakin meningakatnya kesadaran pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat.
Ancaman : masih dijadikan kambing hitam dalam masalah AI, muncul wabah penyakit zoonis baru, maraknya manipulasi produk unggas local (daging dan telur), masuknya ayam local(native Chicken) negara lain (ayam ling nan) dan ayam ras berwarna yang menggunakan label ayam kampung serta bebek impor, masuknya perusahaan besar dalam peternakan unggas local, kebijakan pemerintah yang berubah. Diluar negeri ayam ras sudah mulai dimodifikasi menjadi yam yang berwarna. Karena mereka tidak memilki bibit sehingga merka melakukan rekayasa genetika pada ayam ras.
Pemasaran ayam lokal yang dipelaihara masih terbatas pada tengkulak dan belum memahami bahwa peluang bisnis ayam lokal sangat besar. Usaha ayam kampung tak perlu harus formal, lebih baiknya perkelompok. Tekstur ayam kampung itu keras, kenyal, dan elastic, hal itu salah satu factor yang bisa membedakan ayam kampung dengan ayam ras.

Sekian dan terimakasih…yakin masi butuh banyak masukan….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar