Pages

Selasa, 03 Februari 2015

How Wonderful Surade TRIP

Surade...Cikaso............ Minajaya...

After break 2 day dari Semeru (25-31 Desember 2014), langsung on packing kembali ngebolang ke Surade, jika boleh dikata baju aja baru kering, sleeping baru masuk sarang, tapi apa daya , macam buruh kayak saya yang hobi jalan, lihat ada tanggal merah satu aja gag rela kalau hanya dihabiskan untuk berdiam diri saja. Gatell selalu..

Tepat 01 dan 03 2015 Januari  dapat tanda merah di kalender, khas Indonesia jika ada yang nyelip2 masih hitam, yaa dimerahin ajaa*alias CUTI bersama. Tanpa pikir panjang, demi seorang sahabat yang ngebet banget sama Cikaso, ya sudahlah Hayuuu aja*Berasanya pasrah, padahal dianya sendiri udah kangeun GILA sama pantai, padahal emak minta diam di rumah dan ikut mempersiapkan maulid dan antek-anteknya.

Tepat di 02 Januari 2015, dari perbatasan Bogor-Sukabumi alias Cigombong, 2 anak yang tak lagi ABG sudah siap packing ajja untuk meluncur ke Sukabumi. Diantar oleh Sang Ayah*Suka jalan juga, makanya anak ceweknya yang satu ini di dukung2 aja kalau mau jalan, sebagai bentuk dukungannya sang Ayah mengantarku dan Sahabat akku alias Teh Iyam ke persimpangan yang memisahkan jalan aspal dengan jalan hotmik. Dimana di jalan hotmik ituu kita akan menemukan berbagai angkutan umum yang bisa mengantarkan kita ke Sukabumi pada awalnya.  We Choose Kolmini yang ngabisin 10.000 rupiah untuk sampai terminal Sukabumi atau bekennya di bilang degung.

Berangkat jam 10’an kalau tidak benar dan sampai di Sukabumi sekitar Dzuhur, shalatlah dulu, menikmati secangkir es cincau yang original *karena sekarang banyaknya ice cream cincau, juga semangkuk baso ikan, sengaja gag makan, karena sudah siapkan mie goreng untuk di santap di bus menuju Surade.
Nyos Cincau Sukabumi

Selfie di Bus

Selesai lah shalat dan wirid walau sekenanya, eh eh. Langsung cari angkutan menuju Lembur situ, karena menurut buku yang aku baca dan berdasarkan mbah google yang selama ini lebih orang percayai ketimbang *apa coba yaa. Bus menuju Surade ataupun elf pada nongkrongnya di Lembur situ. Ya sudahlah ngangkot kesono, 8.000 rupiah cuy, padahal gag jauh2 amat kok, eh tapi kalau ada uang pas 7.000 aja. *Karena ngintip bapak2 di samping dan juga emak2 bayarnya 7.000 pas tanpa di tagih lagii.

Sampai di Lembursitu siap-siap ajja jadi kayak artis dikerumuni kenek bus, kenek elf dan tukang panggul. Walau sudah menggeleng, kalau tas tangan tidak di cengkram dengan baik dan benar pasti akan berpindah ke tangan si tukang panggul dan ujungnya minta tarif atas jasa panggulnya. Kamu yang merasa punya uang lebih dan banyak bawaan tidak ada salahnya membiarkan tasmu di bawa tukang panggul, berbagi rezeki yaa.

Akhirnya bus menjadi pilihan kami saat itu untuk sampai di Surade, 25.000 aja dengan total perjalanan sekitar 4 jam berkelok-kelok, bergelombang ria, banyak mendapat kejutan. Alhamdulillah selamat sehat di Alun alun Surade sekitar jam 5 lebih, alhamdulillah masih punya waktu untuk shalat ashar dan numpang pipis di Rumah teh Kokom.*Teman zaman kuliah yg alhamdulillah sudah punya usaha sendiri dan dikaruniai 3 anak yang lucu-culu, sementara akku ???APPA attuh...

Tak lama suara neng iteung menghampiri dan menyuruh aku dan teh iyam untuk segera keluar dan menuju rumahnya, kenapa buru-buru amat cobaa..???ternyata eh ternyata dia jemputnya pakai ojek. Hahahaha
Ini ojek nya kita, ojekmu mana..???

Alhasil kita besenang-senang ria di ojek, 1 ojek bonceng 3 dunk....??FIRST EXPERIENCE inni, sampai gag berani buka masker pada awalnya. Huhuhu. Sampai di rumah iteung yang tidak jauh dari Cikaso sekitar maghrib, shalat, mandi, numpang makan dengan Udang,, Nyos nyos mantaaap. Terimakasih yang tak terhingga untuk mamah iteung yang sudah menerima kami, menyiapkan sarapan di dua pagi, syukur alhamdulillah... dan TEPAR dengan novel “DILAN” di pangkuanku.

Esoknya, walau hujan tak mau henti kita tetap di bonceng tiga menuju curug cikaso, Sekitar 30 menitan dari rumah Iteung, tak lupa beli camilan dulu di Indomaret yang kita temukan di pertigaan menuju Curug Cikaso. *Keren ya, Surade udah banyak Indomaretnya, inget banget temen kuliah dulu yang rumahnya di Surade berasa berasal dari planet lain yang tak ada di peta, kata orang (Nyingcet banget daerahnya), Hey buat kamu-kamu yang tahun 2012’an ke Cikaso dan Ujung Genteng, gag usah komen gag percaya gitu saat aku bilang mau kesono lagi, ditanyain emang gag kapok dengan jalannya yang superrr?? Karena sekarang udah hotmik cuy,, walau belum sesempurna jalanan di Kota. Tapi yaa lumayan, terlebih ada banyak sahabat disana, silaturahim tetap harus di jaga yaa walau dia masih berada di belahan dunia manapun. Hohoho
Welcome CIkaso

*Kembali ke Laptop. Sampailah di Curug Cikaso dengan perjuangan pas masuk ke daerahnya di tagih 5.0000/motor buat keamanan kampung, itupun dapat nego. Masuk ke parkirannya dapat tagihan lagi 5.000 untuk jasa jagain motor. Dan untuk menuju di curug Cikaso nya banget bisa menggunakan 2 jalur bisa dengan jalur jalan kaki melewati sawah-sawah yang dijamin bakal buat sepatu kotor tak karuan mending gag nyemplung, karena saat itu musim hujan. Atau bisa juga dengan naik perahu yang dikenai tarif 75.000/perahu berapapun personilnya. Yaa tapi gag bisa juga 20 orang/ perahu alaih-alih agar hemat, karena keselamatan lebih kita utamakan. Dan akhirnya we choose 1 perahu diisi 5 personil, 2 personil lagi kita temukan di sono biar bisa kolektifnya tidak terlalu besar.


Tak sampai 10 menit di perahu, Curug Cikaso sudah terdengar. Mohon manfaatkan kesempatan di perahu dengan sigap untuk berselfie ria, jangan sampai belum dapat berselfie udah keburu nyampe tujuan. Sampai di sana ternyata sudah banyak yang nyebur dan menikmati derasnya air Cikaso. Kita hanya bisa tertegun sambil start buat berfoto-foto, ngapain lagi coba...?? Tak lama gerimis mengundang, diikuti rintik hujan dan akhirnya hujan beneran. Alhasil belum juga nyebur udah basah duluan, berteduhlah kita dan melindungi diri sebisa mungkin dengan 2 payung yang kita bawa. Ini tak sebentar, kita coba bertahan karena belum dapat anggel foto yang ajib, dan akhirnya kita juga berfoto ria saat berteduh alih-alih buat ngilagin pegel, padahal mah emang darisononya doyan Foto...!!!Lama ..lama kita pegel juga dengan posisi berteduh berdiri, barulah kita pasrah untuk berteduh di warung sambil ngopi. Ini baru gag lama, cuaca cerah melambai-lambai kamera untuk dijepretin. Gag mungkin dunk kita gag manfaatin cuaca inni, dan pada akhirnya permainan di Curug Cikaso kami akhiri dengan berfoto tanpa nyebur.


Kembalilah kita ke parkiran dengan perahu yang sama walau sopirnya beda, karena tarif 75.000/ perahu itu berlaku pulang-pergi asal tiketnya jangan hilang, tak apa walau basah tak terlihat mah. Sampai di parkiran hujan lagii dunk, alhamdulillah ini kesempatan kita lagi buat nongki-nongki di warung, padahal mah udah gag sabar pengen ke Vila yang iteung bilang kayak pantai-pantai di Bali gitttu. Ya sudahlah kita manfaatin buat mempererat pertemanan kita.. Hahaha dan akhirnya bisa berdiskusi kita terpa saja ini hujan, makan bakso dulu yang ternyata 1 porsi hanya 10.000, tapi enak tenan nyos gandos dan langsung menuju Vila.

Ni aktivitas yang kita lakukan saat keujanan

Bakso duluuu
Ceritanya sampai villa kita setelah melewati jejeran pohon kelapa yang katanya sempat digunakan juga untuk setting film “Hafalan Shalat Delisa”, ada tagihan juga buat keamanan padahal itu villa tak berpenghuni, agak seram juga. 5.000/ motor meluncur, inipun hasil nego...!!!Disana ngapain coba??ada kolam renang cii di Vilanya, tapi ogah renamg, keliling vila juga ogah wong keliatan seram padahal saat itu kebetulan ada beberapa keluarga juga yang menikmati villa asembly ittu. We just take a picture sampai KALAP...!!







Dirasa cukup, pulanglah kita. Sampai di gerbang, ban bocor. Allahu.. kasian sekali secara 1 motor tua bawa kita bertiga yang badannya tak kecil lagi, akhirnya tanpa mengurangi rasa hormat pada yang empunya, aku dan teh iyam harus di drop dulu dan neng iteung meluncur sendiri untuk mencari tukang tambal ban. Tapi tak lama, entah karena tampang kita pas pasan atau karena berkah hidup lain, kita dapat tumpangan dari amang-amang sana yang bisa anterin kita ke tempat iteung nambal ban motor tetangga sekaligus sodaranya. Alhamdulillah

Singkat cerita, kita pulang dulu ke rumah iteung, ashar dulu, ganti kostum dan meluncur ke Pantai Minajaya, dalam hal ini kita gunakan 2 motor karena jalannya tak begitu bagus juga berangkat dari pelajaran yang baru saja kita lalui. Sampai minajaya, tak ada sunset yang bisa kita nikmati, karena hujan lagi dan aku terutama hanya bisa menatap kosong pada air laut yang bergelombang yang selama ini aku rindukan.



Sudahlah kita pulang, makan bobo dan besoknya kita pulang dengan naik elf yang ditumpangi dengan 30 penumpang atau bahkan lebih, padahal kapasitasnya hanya 20 orang idealnya. Tak banyak yang ingin aku ceritakan disini, bisa dibayangkan bagaimana menderitanya aku di elf ittu, duduk paling pinggir dan ditambah dengan penumpang yang pada nangkel, belum lagi di tambah penumpang lagi yang tadinya diam diatap mobil minta pindah pula ke dalam karena hujan dan mereka kedinginan. Cowok semuanya yang di jejel ittu. Ini terjadi karena habis liburan yang di kampung pada mau balik lagi ke kota dan angkutan sana masih terbatas.

Cukup...cukup... Cukup Sekaian dan Terimakasih



Tidak ada komentar:

Posting Komentar