Setiap organisasi dan elemen
masyarakat punya cara tersendiri untuk merayakan hari Kemerdekaan Indonesia.
Para petani mungkin asyik saja mencangkul di sawah atau sekeedar membersihkan
padinya dari hama, para pedagang akan tetap
berjualan, para guru yang biasa ngajar berganti dengan mengikuti upacara
pengibaran bendera saja, yang beda adalah saat ini mungkin para siswa-siswi,
mahasiswa dan masyarakat modern pasti update setiap kegiatannya melalui
jejaring soisal baik facebook, twitter, whatsApp ataupun sejenisnya. Mereka
yang melakukan upacara pasti sekaligus melakukan aktivitas lain yaitu memijit
tombol handphone untuk mengabari dunia bahwa dia sedang upacara begitupun
dengan kalangan lain yang sudah termakan dengan keberadaannya gadget
yang semakin membumi ini.
Setelah itu mereka akan
mengadakan berbagai lomba, mulai dari lomba makan kerupuk, joged pakai jeruk
dan balon, lomba balap karung, lomba
ngambil koin pada buah jeruk bali yang diolesi dengan oli, lomba panjat pinang,
lomba masukin paku ke dalam botol, dan banyak lagi. Begitupun dengan masyarakat
di sekitar Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) pada senin
sore 19 Agustus 2013 beramai-ramai menuju lapangan yang ada di samping sekretariat
YAPIPI karena mereka akan mengadakan lomba bermain sepak bola, uniknya
perlombaan ini hanya dikuti oleh ibu-ibu saja, pada kaum adam dan anak-anak
hanya bersorak menjadi penonton saja.
Tetapi pemandangan ini di
nilai lain oleh peserta Indonesia Bangun Desa yang masih tinggal di lokasi training
centre ini, mereka yang seharusnya sudah diungsikan untuk menempati lokasi
dampingan dan pembelajaran baru harus tinggal lebih lama di lokasi ini karena
ada masalah birokrasi yang belum terselesaikan. Saat-saat seperti ini ketika melihat banyak orang berkumpul dan
beramai-ramai melihat pertunjukkan sepak bola dari yang muda sampai yang tua
mereka melihat sebagai peluang untuk berjualan dan mengahasilkan uang tambahan.
Akan tetapi karena informasi yang rada telat sehingga pada hari ini mereka
hanya bisa menjual es saja. Sampai pada pertengahan permainan, keluarlah
berbagai ide untuk bisa menjual apapaun yang bisa di jual, mulai dari singkong goreng
sampai pada tempe goreng yang seharusnya jadi teman makan malam kita nanti.
Demi bisnis berjalan lancar dan tempe pun di keluarkan. Ketika yang terlihat
hanya tepung tapioka pun tidak membuat mereka urung menjual goreng tempe,
maklum lokasi YAPIPI ini agak sedikit terpencil sehingga akses ke warung agak
sedikit sulit. Tapi justru itu yang membuat kreativitas kami meningkat
sampai-sampai menghgasilkan Ciwan (Cireng-bakwan) yang rasanya lumayan.
Tidak selesai disitu, setelah
menghitung-hitung dan menunjukkan bahwa keuntungan mencapai 85%, semangat untuk
terus berbisnis semakin menjadi-jadi sehingga di ambil kesepakatan untuk
berjualan lagi di pertandingan final esok harinya dengan menu jualan yang
insyaallah lebih baik dan terorganisir. Tak hanya itu, ide untuk menjual batik
kepada warga masyarakat sekitar atau menjual pupuk organik yang sudah di
produksi oleh teman kami yang di Purwakarta pun muncul dan semakin memicu kami
untuk belajar memasarkan produk dan menikmati prosesnya. Ditambah lagi dengan
ketersediaan lahan membuat semangat untuk menanam sayuran yang mudah untuk di
panen dan bisa dipasarkan secara langsung tanpa menunggu lama.
Ternyata dari satu moment
saja bisa meunculkan berbagai kreativitas dan peluang yang berbeda-beda, untuk
itu selalulah ambil sisi posiif dari setiap peristiwa yang kita lalui, dan
khususnya untuk sellau belajar dan berkreativitas… Akhirnya acara pun selesai
tepat setengah jam sebelum waktu maghrib tivba..semoga semua bisa selalu ceria
dan bahagia dengan cara dan kemampuannya masing-masing..
Merdeka Indonesiaku.. Merdeka
putra putri bangsa.. Merdeka Petani.. Merdeka pedagang.. Merdeka pelajar.
Merdeka Semuanya.. Ceria di hari Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar