Pages

Sabtu, 28 Desember 2013

Let's Trip and Study to Pare

“Kita tak perlu menyalahkan orang lain untuk kehidupan kita saat ini, dan kita pun harus tetap menerima nasib di masa mendatang sesuai dengan apa yang kita usahakan saat ini.”

Sering kali tak pernah bisa memahami akan hidup yang kita terima saat ini, usaha dan do’a terus menemani setiap langkah kaki ini, tapi terkadang diri ini masih merasa terkungkung dalam sebuah realita yang tak bisa dipahami, Untunglah bahwa kita diajarkan untuk terus bersyukur dengan apa yang kita dapatkan sehingga tak pernah diri ini merasa iri hati. Just fokus untuk memperbaiki diri dan mensolehkan hati.


Tak perlu menyalahkan hobby karena itu yang sering kali membuat kita have fun, Tak perlu menyalahkan mimpi karena itu yang akan membuat kita bertahan, Cukuplah untuk tetap tersenyum dan melakukan apa yang di rasa mampu.

Let’s Go To Pare….

Menuntaskan satu keinginan ketika kuliah dulu, akhirnya baru kesampean setelah tujuh bulan lalu aku memakai Toga. Urgensinya adalah jika dahulu keinginan belajar bahasa inggris di Pare karena ingin belajar cepat dan mendapat skor toefl setinggi mungkin untuk bisa menembus scholarship Magister di Luar Negeri. But for now, I’m just wanna to study, because study is make me fun, and knowledge never heavy to bringed for every place and state.

99 Cahaya di langit Eropa yang saya tonton di malam minggu meyakinkan untuk menuntut ilmu dan menjadikan English as habit, because I wanna to travel a word for study history of Islam. tapi karena saya no basic and don’t know about methode for study English, so I take go to Pare for beginning. Tepat pada Selasa 10 Desember 2013 saya menuju Stasion Senen untuk melakukan perjalanan menuju ke Kediri dengan kereta Matarmaja yang menuju ke Malang, tak banyak yang bisa saya lakukan pada perjalanan itu, saya hanya banyak menghabiskannya untuk istirahat dan sesekali ngobrol dengan penumpang yang bersebelahan. Tiket kereta saya dapatkan di salah satu swalayan yang menyediakan jasa pembelian tiket pada minggu malam 08 Desember 2013 dengan harga 72.500 plus pajaknya, tepat setelah saya memutuskan untuk menyelesaikan pendidikan agropreneur yang saya ikuti.
Ada yang ingin aku kenang saat melakukan perjalanan Bogor-Senen dengan Commuterline, beberapa kali airmata ini menetes, entah apa yang membuatnya tak bisa aku bendung hingga sampai saat ini pun aku sering merasakannya dan menikmatinya.

Sampai di Kediri pada Rabu pagi dan mendapatkan seorang kawan yang belum bertemu sebelumnya yang siap membawaku untuk sampai di Kampung Inggris and langsung memulai belajar dan mencari tempat tinggal.. Saat ini saya mendapat kesempatan untuk ikut kelas Toefl di Elfast setelah sebelumnya didaftarkan oleh seorang teman asli Kediri, karena keterlambatan pengambilan keputusan sehingga saya tidak bisa melakukan pendaftaran secara online dan saya pun tidak bisa mengambil kelas lain karena kuota penuh atau jadual yang bentrok baik di Elfast sendiri maupun di di lembaga lain. Begitupun dengan camp yang saya harapkan, Alfalfa tidak menyarankan ku untuk tinggal di Campnya karena jadual yang bentrok dan kelas toefl yang harus dibawa dengan suasana santai dan fokus. Akhirnya saya mendapatkan Brata House untuk ditinggali selama sebulan ke depan dengan purple cycle yang selalu setia menemani kemanapun sang penyewa pergi.
Belum genap seminggu di Pare, saya menghabiskan hari minggu dengan gowes ke Kilisuci, sebuah taman yang ada di Kecamatan Pare dan sejenak menikmati keindahan ornament mesjid yang ada di sebelah taman dan diteruskan dengan gowes ke Alun-ALun pare dan menikmati sepiring nasi uduk dan secangkir susu kedelai dengan total Enam Ribu Lima Ratus saja semuanya. Dua tempat ini merupakan lokasi yang paling dekat dengan Pare yang biasa dikunjungi ketika hari libur.

Penampakan di depan icon Alun-Alun Pare
Nampak lagi di Taman Kilisuci

Selesai itu, setelah kembali ke Brata house untuk menyimpan sepeda dan caw go to Telaga Selorejo yang bisa ditempuh sekitar  1 ½ jam menggunakan motor menuju ke arah Batu-Malang. Sampai disana hanya dihabiskan dengan menatap telaga itu sekitar kurang lebih 15 menit dan langsung bergegas kembali karena cuaca hujan dan sepertinya tidak memungkinkan untuk berlama-lama apalagi menaiki ketek (perahu kayu) mengelilingi telaga. Kalau wisata ke Selorejo kayaknya lebih enak menikmati udara yang dingin dan menginap di cottage yang tersedia di sekitar telaga selorejonya. View yang luar biasa indah akan menjadi pengalaman yang mengagumkan ketika stay disitu.

Menawannya Selorejo
Narsis di Selorejo, bersebrangan dengan posisi waduknya

Selerejo lewat, mumpung masih lumayan siang, lanjutlah aku and my friend go to Wisata Payung yang tepat berada tidak jauh dari ‘ucapan selamat datang di Kota Batu’. Satu mangkuk baso dan secangkir susu kambing etawa mampu menghangatkan suasana yang lumayan berkabut sehingga pemandangan yang indah sekitar itu nampak tidak terlihat. Sejujurnya wisata payung Kota Batu itu mirip sekali dengan konsep wisata Puncak-Bogor, atau Lembang-Bandung. Makan di pinggir tebing dengan menu andalan sate kelinci dan jagung bakar. Di lokasi wisata Payung ini kita bisa menyaksikan keindahan kota Batu-Malang. 
Deretan warung di wisata Payung-Batu


Setelah berpuas-puas ria, sekitar 14:30 kita pulang menuju ke kampung Inggris, tak lupa mampir dulu di pusat oleh-oleh dan mengambil 2 kg apel ijo yang dihargai Rp. 16.000,00 aja, apelnya manis dan enak… Love Apple. Terus mampir juga di Grojogan Sewu, Grojogan=Curug dalam bahasa sundanya mah. Tanpa mengeluarkan uang sepeser pun tanpa uang parkir tanpa uang masuk tanpa uang masuk toilet. manteppp bener, beda banget saat mengunjungi curug-curug yang ada di Bogor. *Piss… atau kebetulan ajja kali ya..????
Welcome @ Grojogan Sewu
Grojogan Sewu, menggoda untuk nyebur
Karena tanpa direncanakan dan tidak membawa baju ganti, walau airnya menggiurkan buat nyebur, tak kuasa untuk berbasah-basahan, jadilah hanya berpose saja. Kebetulan kesana dengan seorang kawan yang mau jadi fotograper yang tak suka di foto..hihi.. senengnya….


See you on next trip…. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar