Hari ini
aku merasa semakin dewasa, tapi bukan berarti aku menjadi orang yang selalu
siaga kala rintangan melanda. Aku hanya semakin merasa jika tanggungjawab ini
tak lagi mudah dan simple seperti hari kemarin.
“Tak hanya Sanggaria Beach yang bisa dapat julukan pantai yang masih perawan, cintaku pun masih perawan-karna cintaku kini hanya akan ku berikan saat Ijab dan Kabul tertunaikan”
Menjajak Pantai
Perawan di Tulungagung “Sanggaria Beach”
Before, I wanna to introduce
one of the community of natural Lover from Kediri. You can to call “PEACE’K”-PECINTA
ALAM CAH KEDIRI- they come from Kediri youth, and have a motto “Daripada Mlecur
lebih baik Mbolang”. They always to do travel for have fun and get firm of
relationship. Not only They get travel to beach, but also they get travel to
mountain and small island. They usually do travel with motorcycle and foot of
course. Before They go to visit one place, They collect amount of money for
buying something which They need while travel. So They have same eating,
drinking, and faciliting to sleep. I’m so happy when I follow them for visit
Sanggaria Beach for close year’s 2013 and celebrate new year 2014. Thank you so
much….
Siang itu, ba’da dzuhur di
Kampung Inggris, Tiga orang calon pribadi sukses menuju ke meeting point-Kota Kediri,
Tepatnya di rumah sang ketua ato markasnya PEACE’K. Perjalanan yang cukup
mengasyikan dengan angin siang yang lumayan sedikit bikin hati deg-degan dan
kerudung melayang-layang, tapi akhirnya sampai juga dengan selamat dan utuh
tanpa kekurangan satu pun, malah nambah 1 helm nyantol di kepala yang saya
pinjam dari salah satu temennya temen yang kita kunjungi di tengah perjalanan.
Sampai disana disambut
dengan 2 orang kawan tulen asli Kediri, tapi yang satu sempat tinggal di
Bandung selama 3 tahun sehingga membuatku tidak terlalu merasa
termarjinalkan(Catet:LEBAY)sebagai anak sunda tulen yang baru pertama kali
menginjakan dan menikmati ketidakmacetan Kediri. Rehat sejenak, sampailah pada
satu mangkuk bakso yang kala itu saya berdusta karena makan bakso dengan saus
yang lumayan merah dan bikin gag nyaman saat mencicipinya(catet :LEBAY Lagii)
tapi saat panas seperti itu membuat satu mangkuk itu habis tak bersisa bahkan
bila perlu nambah.. Heheh*heureuy.
Waktunya packing dan
merapikan apa-apa yang butuh dan perlu di bawa, mulai dari tenda, matras,
kompor for table, arang, sebilah pisau, alat makan dan masak yang simple dan
sederhana, galon kecil, dan temen-temannya sekalian. Tak lupa collect Rp.
50.000/orang untuk membeli amunisi mulai dari air minum, bahan untuk barbeque,
mie instan, dan tentunya bensin untuk bisa mengantarkan kita ber-12 sampai di
tempat tujuan dengan menggunakan 6 motor gag lebih.. IRIT Beeebph..
Tepat setelah selesai
menunaikan shalat ashar pada Selasa 31 Desember 2013, kita memulai perjalanan
walau yang saat itu langit mulai mendung dan tepat di pom bensin dekat
alun-alun Kediri hujan yang lumayan deras sehingga mengharuskan kita semua
menggunakan mantel. Aku yang selalu menikamati keberkahan hujan turun tak apa
hanya menggunakan jaket anti air yang padahal sampai di Tulungagung tembus pada
baju yang aku kenakan. Tapi yang pasti itu bikin perut keroncongan sebelum
sampai pada lokasi yang kita tuju. Akhirnya warung sederhana di daerah
Tulungagung menjadi pilihan untuk menyantap semangkuk bakso/soto babat plus teh
hangat dan jeruk hangat yang mengademkan. Tak perlu keluarin saku lagi, karena
dengan Rp.50.000 itu sudah plus makan diperjalanan, kecuali pulang. haha
Lanjut perjalanan menuju
Pantai Sanggar yang terletak di Desa Jengglungharjo Kabupaten Tulungagung,
walau gerimis tak kunjung berhenti itu tak membuat semangat kami luntur untuk
bisa menikmati ke-elokan dan ke-perawanan Pantai Sanggar. Hingga sampailah di
titik motor tak diperkenankan lagi jalan setelah kita menembus gerimis meraba
jalan dan melewati trek yang berkelok serta sedikit batu yang membuat
perjalanan ini semakin bermakna.
Setelah motor kita titip
pada warga Desa Jengglungharjo yang sopan, baik hati dan tidak sombong. *Tak
salah aku merasa bahwa orang jawa itu baik-baik, apa adanya, dan selalu penuh
dengan ketulusan.-Gag jauh beda dengan orang Sunda* Kami langsung mulai
mendaki, melewati lembah, dan menikamati setiap tetes gerimis yang menetes pada
tubuh ini, di tambah dengan jalanan lumpur yang membuat kami bersyukur punya
dua kaki yang masih kuat berjalan. Di seperempat perjalanan kami menemukan
warung kopi yang pada saat itu tidak buka, tapi tempat duduknya cukup membuat
kami bisa rehat sejenak dan mengambil satu fose….
Lanjut perjalanan yang entah
sampainya kapan, masih jauh atau tidak, tidak ada yang tahu, karena semua dari
kami itu perjalanan mengunjungi Sanggaria Beach yang pertama, dan insyaallah
buatku sekalian yang terakhir juga.. Lah kok..???. Kini tak lagi berjalan
dengan menggunakan kedua kaki, tetapi pantat pun menjadi bagian terpenting
dalam perjalanan ini. SUPER Sekaliii… tapi asyik kok… Perkiraan kita mulai
menelusuri hutan pada Pukul 19:30 dan sampai disana tepat setengah jam sebelum
pergantian tahun.
Setelah mendapat tempat
berteduh sementara (berupa tempat peng-gergajian kayu) kami langsung nyebur dan
mendapat pantai yang elok dengan ombak yang lumayan besar. Tapi tak
mengurungkan kami untuk berenang. Itu cukup membuatku nyaman karena sekaligus
membersihkan badan dari goresan lumpur. Setelah berenang dilanjutkan dengan
merendam diri dengan pasir, merasakan therapy alami dengan memanfaatkan
kekuatan pasir yang katanya lumayan bisa membuat badan rilex (belum dapat
sumbernya, dapet info dari Mas Ainul ajja) dan sedikit meng-intropeksi diri,
memejam mata, dan coba mengukir mimpi baru, resolusi di tahun 2014, dan mencoba
menelusuri jalan apa yang harus dilalui dan pasti dilalui dan kemungkinan jalan
yang baik yang akan dilalui. Tak lupa 2 batang kembang api menambah ke-elokan
Sanggaria Beach malam itu. Kita pun menemui sekitar 4 kemah lain yang berasal
dari Surabaya dan daerah lainnya di Jawa Timur.
Dirasa cukup menikmati
pijatan pasir putih, Alhamdulillah tidak membuatku gatal, segeralah ku
bersihkan kembali walau dengan air laut dan mengambil wudlu untuk menunaikan
kewajiban sebagai seorang muslim, dan tak di sangka tenda yang sudah berdiri
dan ayam yang sudah di bakar siap ku santap. Keuntungan ketika melakukan
camping dengan anggota laki-laki lebih banyak dari perempuan. Wajar dari 12
Calon pribadi sukses itu terdiri dari 10 Arjuna dan 2 srikandi. Padahal aku
sudah terbiasa hidup bersusah-susah dan mandiri ketika menyatu dengan alam.
Tapi tak urung mengucap syukur atas kesempatan berharga ini.
Ayam bakar yang nikmat,
sepotong sosis yang lezat, semangkuk mie instan yang berasa menjadi makakan
paling delicious saat itu membuatku tidur nyenyak setelah mengoleskan lotion
anti nyamuk untuk berjaga-jaga. Hingga ku terbangun kala cuaca tak lagi gelap
dan segera subuh ku tunaikan saat itu juga.
Pagi pertama di Januari 2014
tetap membuat Sanggaria Beach dituruni keberkahan gerimis, tapi sekali lagi itu
tak membuat kami mengurungkan untuk menikmati alunan riak ombak dan sesekali
mengambil foto bersama, membuat video betapa kami sangat berbangga bisa
menikmati kebersamaan ini, betapa hari ini adalah hari yang dinantikan dan
penuh dengan kesyukuran, bila perlu kami pamerkan pada dunia betapa Maha Rahman
dan Rahim Nya Sang Pencipta telah menyediakan keindahan alam dan mencipta
persaudaraan.
Tibalah saatnya kami harus
berbenah dan mengambil amunisi nasi, mie, corn chips dan sosis buatan Si ‘Mbah
(Sebutan kepada Sang Ketua yang Saya Segani), padahal harusnya cewek yang
merasa berkewajiban menyediakan sarapan,,,*MALU SENDIRI.. Dan akhirnya kami
mengucap selamat tinggal untuk keindahan pantai sanggar dan eksotisme sungai
yang ada di dekat pantai, sungai ini menjadi sumber air tawar yang bisa digunakan
untuk membersihkan badan dan mencuci apa-apa yang biasa di cuci. Oia, ternyata
eh ternyata, pada pagi itu, ada warga sekitar yang buka warung disitu, dengan
saung yang sederhana, Sang Ibu itu menjual berbagai minuman, makanan ringan,
wedang jahe yang belum sempat saya cicipi karena belum di-didihkan. Ketika
ditanya Ibu berapa jam untuk bisa sampai kesini, She just say: “Setengah Jam”…
Jlebbb.. Mantep nian, tapi liat sepatu lumpurnya siap siaga mengantarkannya
setiap pagi ke pantai itu.
Kembali menelusuri hutan
yang jalannya berlumpur, entah berapa lama kami beristirahat dan meneguk air
putih.. Tapi sampai juga di pukul 12:30 di rumah tangga yang semalem dititipi
motor. Lagi-lagi sekitar 4 jam kita menghabiskan waktu untuk melewati tanah
berlumpur itu. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan berbagai group atau
rombongan yang mulai berasal dari Tulungagung sendiri, Blitar, dan daerah lain
di jawa Timur. Dan ketika temanku menyapanya, selalu mereka menyanyakan “berapa
lama lagi waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Pantai Sanggar..??/” SELALU.
Kami pun diperkenankan untuk ditemukan dengans seorang Petani Desa
Jengglungharjo yang memiliki 2 Ha tanah, Sebut namanya Pak Sutrisno,
kebaikannya memicu diriku untuk selalu berbuat baik, sekalipun kepada orang
yang baru di kenal. Berkat kemurahan hatinya, kami bisa menikamti nangka segar
yang langsung di petik dari pohonnya.. I like jackfruit.
Begitulah.. setiap langkah
demi langkah selalu mengantarkan kita pada sebuah senyuman yang menyapa, tapi
jangan lalai, karena untuk mendapatkan senyum itu sering kali harus dibayar
dengan tetesan keringat dan airmata.
See U on Next Trip.. Jus’t
Enjoy and get benefit on every travel, Don’t forget too benefit to share
pas awal baca, ini kayanya mau curhat hati galau tentang cinta. pas liat lagi judulnya tapi tentang pantai hehe, ternyata pas dibaca keseluruhan yang memang menceritakan tentang perjalanan menuju pantai perawan tersebut.
BalasHapusmenurut sari openingnya kurang tepat but over all bagus. :)
picture dede yang nyemplung ke air sungai, bagus.. :)
Hahha...
BalasHapusittu latar belakang kenapa perjalanan inni dilakukan...Gag nyambung y..??
emang asli orangnya fotogenic cii..hatur thankyou buat sang Photografer
keren2, mantapzzz lah, ayo kapan kita jalan2 deeeeee??
BalasHapussuggoi ... ^_^
BalasHapusMantabb...:D
BalasHapus