Berdiam
diri di dapur ternyata tidak mudah, apalagi jika setiap hari kita harus
menguras kreativitas untuk bisa mencipta new menu buat sajian makan
pagi, siang, dan sore. Walau tidak bisa dipungkiri saya sendiri bisa enjoy,
berkreasi dan merasa bangga jika masakan diterima oleh lidah orang-orang
disekitar kita. Awalnya tak pernah terpikir untuk bisa jadi jagoan dapur, tapi
setelah menjalaninya, setelah mencoba seharian di dapur, setelah mencoba
menghabiskan waktu seharian hanya untuk belanja, searching menu dan
bereksperimen, saya memutuskan untuk selalu menjadi yang terbaik sekalipun itu
hanya di dapur.
Slow food
sempat menjadi isu yang menarik dan digembor-gemborkan oleh sebagian orang demi
tercipta kesehatan sebagai aset masa depan, akan tetapi seiring berjalannya
waktu ternyata produk fast food menjadi produk yang banyak diminati oleh
generasi masa kini. Jajanan dan makanan yang berceceran di mall atau dipinggir
jalan banyak sekali menyajikan fast food yang kapan saja bisa dinikmati oleh
berbagai kalangan. Sedikit banyaknya sudah terjadi dampaknya disaat ini, mulai
dari bermunculan penyakit aneh-aneh, namanya tak dikenal, virusnya yang tak
terjangkau, sehingga muncul anggapan bahwa salah satu pemicunya adalah akibat
mengkonsumsi fast food karena pada zamannya mbah-mbah kita dahulu, orang tua terdahulu kuat-kuat
dan jago-jago karena makanan yang mereka konsumsi sangatlah slow food, untuk
menghasilkan satu mangkuk nasi saja butuh beberapa tahapan mulai dari mengeringkan
gabah, menumbuk, dan memasak nasi dengan waktu yang tidak sebentar.
Tetap saja
dampak yang diakibatkan karena mengkonsumsi makanan fast food dan berpestisida
plus MSG tidak menjadikan masyarakat sadar untuk beralih ke makanan yang lebih
sehat dengan cara yang sehat. Karena aktivitas yang cenderung padat dengan
tingkat teknologi tinggi membuat masyarkat lebih memilih yang instan-instan
saja. Terbukti di salah satu pusat perbelanjaan di kota Bogor sebut saja Jogya
Juntion sejak 16 September 2013 sampai senin
(30 September 2013) terselenggara food festival dengan konsep better and fast,
padahal baru saja saya bincang dengan kawan di asrama betapa tidak mudahnya
untuk bisa menyajikan makanan yang sehat dan menyehatkan. Tapi impian untuk
punya rumah yang dikelilingi dengan sayuran organic, rempah, dan padi organic
juga tidak akan tetap surut walau masakan fast food tersedia di setiap belokan
dan sedikit banyaknya menggoda hasrat untuk mencicipi.
Satu produk
yang menarik buat saya adanya bumbu instan untuk masakan level internasional
yang mengangkat makanan khas setiap negaranya. Baru kemarin saya berfikir
betapa mudahnya untuk mencipta masakan dengan menu yang bervareatif karena
maraknya bumbu instan mulai dari rendang, semur, racik tempe, sop, asem, lodeh,
dan lain-lain sehingga memudahkan setiap insan yang tidak terbiasa memasak.
Tapi tetap yang instan dan mudah belum tentu sehat, dan terlebih belum tentu
enak karena bumbu yang diracik dengan tangan sendiri akan punya khas tersendiri.
C'mon Back to Slow Food for Healthy....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar