Surade...Cikaso............
Minajaya...
After break 2 day dari
Semeru (25-31 Desember 2014), langsung on packing kembali ngebolang ke Surade,
jika boleh dikata baju aja baru kering, sleeping baru masuk sarang, tapi apa
daya , macam buruh kayak saya yang hobi jalan, lihat ada tanggal merah satu aja
gag rela kalau hanya dihabiskan untuk berdiam diri saja. Gatell selalu..
Tepat 01 dan 03 2015
Januari dapat tanda merah di kalender,
khas Indonesia jika ada yang nyelip2 masih hitam, yaa dimerahin ajaa*alias CUTI
bersama. Tanpa pikir panjang, demi seorang sahabat yang ngebet banget sama
Cikaso, ya sudahlah Hayuuu aja*Berasanya pasrah, padahal dianya sendiri udah
kangeun GILA sama pantai, padahal emak minta diam di rumah dan ikut
mempersiapkan maulid dan antek-anteknya.
Tepat di 02 Januari 2015,
dari perbatasan Bogor-Sukabumi alias Cigombong, 2 anak yang tak lagi ABG sudah
siap packing ajja untuk meluncur ke Sukabumi. Diantar oleh Sang Ayah*Suka jalan
juga, makanya anak ceweknya yang satu ini di dukung2 aja kalau mau jalan,
sebagai bentuk dukungannya sang Ayah mengantarku dan Sahabat akku alias Teh
Iyam ke persimpangan yang memisahkan jalan aspal dengan jalan hotmik. Dimana di
jalan hotmik ituu kita akan menemukan berbagai angkutan umum yang bisa
mengantarkan kita ke Sukabumi pada awalnya.
We Choose Kolmini yang ngabisin 10.000 rupiah untuk sampai terminal
Sukabumi atau bekennya di bilang degung.
Berangkat jam 10’an kalau
tidak benar dan sampai di Sukabumi sekitar Dzuhur, shalatlah dulu, menikmati
secangkir es cincau yang original *karena sekarang banyaknya ice cream cincau,
juga semangkuk baso ikan, sengaja gag makan, karena sudah siapkan mie goreng
untuk di santap di bus menuju Surade.
Nyos Cincau Sukabumi
Selfie di Bus
Selesai lah shalat dan
wirid walau sekenanya, eh eh. Langsung cari angkutan menuju Lembur situ, karena
menurut buku yang aku baca dan berdasarkan mbah google yang selama ini lebih
orang percayai ketimbang *apa coba yaa. Bus menuju Surade ataupun elf pada
nongkrongnya di Lembur situ. Ya sudahlah ngangkot kesono, 8.000 rupiah cuy,
padahal gag jauh2 amat kok, eh tapi kalau ada uang pas 7.000 aja. *Karena ngintip
bapak2 di samping dan juga emak2 bayarnya 7.000 pas tanpa di tagih lagii.
Sampai di Lembursitu
siap-siap ajja jadi kayak artis dikerumuni kenek bus, kenek elf dan tukang
panggul. Walau sudah menggeleng, kalau tas tangan tidak di cengkram dengan baik
dan benar pasti akan berpindah ke tangan si tukang panggul dan ujungnya minta
tarif atas jasa panggulnya. Kamu yang merasa punya uang lebih dan banyak bawaan
tidak ada salahnya membiarkan tasmu di bawa tukang panggul, berbagi rezeki yaa.
Akhirnya bus menjadi
pilihan kami saat itu untuk sampai di Surade, 25.000 aja dengan total
perjalanan sekitar 4 jam berkelok-kelok, bergelombang ria, banyak mendapat
kejutan. Alhamdulillah selamat sehat di Alun alun Surade sekitar jam 5 lebih,
alhamdulillah masih punya waktu untuk shalat ashar dan numpang pipis di Rumah
teh Kokom.*Teman zaman kuliah yg alhamdulillah sudah punya usaha sendiri dan
dikaruniai 3 anak yang lucu-culu, sementara akku ???APPA attuh...
Tak lama suara neng iteung
menghampiri dan menyuruh aku dan teh iyam untuk segera keluar dan menuju
rumahnya, kenapa buru-buru amat cobaa..???ternyata eh ternyata dia jemputnya
pakai ojek. Hahahaha
Ini ojek nya kita, ojekmu mana..???
Alhasil kita
besenang-senang ria di ojek, 1 ojek bonceng 3 dunk....??FIRST EXPERIENCE inni,
sampai gag berani buka masker pada awalnya. Huhuhu. Sampai di rumah iteung yang
tidak jauh dari Cikaso sekitar maghrib, shalat, mandi, numpang makan dengan
Udang,, Nyos nyos mantaaap. Terimakasih yang tak terhingga untuk mamah iteung
yang sudah menerima kami, menyiapkan sarapan di dua pagi, syukur
alhamdulillah... dan TEPAR dengan novel “DILAN” di pangkuanku.
Esoknya, walau hujan tak
mau henti kita tetap di bonceng tiga menuju curug cikaso, Sekitar 30 menitan
dari rumah Iteung, tak lupa beli camilan dulu di Indomaret yang kita temukan di
pertigaan menuju Curug Cikaso. *Keren ya, Surade udah banyak Indomaretnya,
inget banget temen kuliah dulu yang rumahnya di Surade berasa berasal dari
planet lain yang tak ada di peta, kata orang (Nyingcet banget daerahnya), Hey
buat kamu-kamu yang tahun 2012’an ke Cikaso dan Ujung Genteng, gag usah komen
gag percaya gitu saat aku bilang mau kesono lagi, ditanyain emang gag kapok
dengan jalannya yang superrr?? Karena sekarang udah hotmik cuy,, walau belum
sesempurna jalanan di Kota. Tapi yaa lumayan, terlebih ada banyak sahabat
disana, silaturahim tetap harus di jaga yaa walau dia masih berada di belahan
dunia manapun. Hohoho
Welcome CIkaso
*Kembali ke Laptop.
Sampailah di Curug Cikaso dengan perjuangan pas masuk ke daerahnya di tagih
5.0000/motor buat keamanan kampung, itupun dapat nego. Masuk ke parkirannya dapat
tagihan lagi 5.000 untuk jasa jagain motor. Dan untuk menuju di curug Cikaso
nya banget bisa menggunakan 2 jalur bisa dengan jalur jalan kaki melewati
sawah-sawah yang dijamin bakal buat sepatu kotor tak karuan mending gag
nyemplung, karena saat itu musim hujan. Atau bisa juga dengan naik perahu yang
dikenai tarif 75.000/perahu berapapun personilnya. Yaa tapi gag bisa juga 20
orang/ perahu alaih-alih agar hemat, karena keselamatan lebih kita utamakan.
Dan akhirnya we choose 1 perahu diisi 5 personil, 2 personil lagi kita temukan
di sono biar bisa kolektifnya tidak terlalu besar.
Tak sampai 10 menit di
perahu, Curug Cikaso sudah terdengar. Mohon manfaatkan kesempatan di perahu
dengan sigap untuk berselfie ria, jangan sampai belum dapat berselfie udah keburu
nyampe tujuan. Sampai di sana ternyata sudah banyak yang nyebur dan menikmati
derasnya air Cikaso. Kita hanya bisa tertegun sambil start buat berfoto-foto,
ngapain lagi coba...?? Tak lama gerimis mengundang, diikuti rintik hujan dan
akhirnya hujan beneran. Alhasil belum juga nyebur udah basah duluan,
berteduhlah kita dan melindungi diri sebisa mungkin dengan 2 payung yang kita
bawa. Ini tak sebentar, kita coba bertahan karena belum dapat anggel foto yang
ajib, dan akhirnya kita juga berfoto ria saat berteduh alih-alih buat ngilagin
pegel, padahal mah emang darisononya doyan Foto...!!!Lama ..lama kita pegel
juga dengan posisi berteduh berdiri, barulah kita pasrah untuk berteduh di
warung sambil ngopi. Ini baru gag lama, cuaca cerah melambai-lambai kamera
untuk dijepretin. Gag mungkin dunk kita gag manfaatin cuaca inni, dan pada
akhirnya permainan di Curug Cikaso kami akhiri dengan berfoto tanpa nyebur.
Kembalilah kita ke parkiran
dengan perahu yang sama walau sopirnya beda, karena tarif 75.000/ perahu itu
berlaku pulang-pergi asal tiketnya jangan hilang, tak apa walau basah tak
terlihat mah. Sampai di parkiran hujan lagii dunk, alhamdulillah ini kesempatan
kita lagi buat nongki-nongki di warung, padahal mah udah gag sabar pengen ke
Vila yang iteung bilang kayak pantai-pantai di Bali gitttu. Ya sudahlah kita
manfaatin buat mempererat pertemanan kita.. Hahaha dan akhirnya bisa berdiskusi
kita terpa saja ini hujan, makan bakso dulu yang ternyata 1 porsi hanya 10.000,
tapi enak tenan nyos gandos dan langsung menuju Vila.
Ni aktivitas yang kita lakukan saat keujanan
Bakso duluuu
Ceritanya sampai villa kita
setelah melewati jejeran pohon kelapa yang katanya sempat digunakan juga untuk
setting film “Hafalan Shalat Delisa”, ada tagihan juga buat keamanan padahal
itu villa tak berpenghuni, agak seram juga. 5.000/ motor meluncur, inipun hasil
nego...!!!Disana ngapain coba??ada kolam renang cii di Vilanya, tapi ogah
renamg, keliling vila juga ogah wong keliatan seram padahal saat itu kebetulan
ada beberapa keluarga juga yang menikmati villa asembly ittu. We just take a
picture sampai KALAP...!!
Dirasa cukup, pulanglah
kita. Sampai di gerbang, ban bocor. Allahu.. kasian sekali secara 1 motor tua
bawa kita bertiga yang badannya tak kecil lagi, akhirnya tanpa mengurangi rasa
hormat pada yang empunya, aku dan teh iyam harus di drop dulu dan neng iteung
meluncur sendiri untuk mencari tukang tambal ban. Tapi tak lama, entah karena
tampang kita pas pasan atau karena berkah hidup lain, kita dapat tumpangan dari
amang-amang sana yang bisa anterin kita ke tempat iteung nambal ban motor
tetangga sekaligus sodaranya. Alhamdulillah
Singkat cerita, kita pulang
dulu ke rumah iteung, ashar dulu, ganti kostum dan meluncur ke Pantai Minajaya,
dalam hal ini kita gunakan 2 motor karena jalannya tak begitu bagus juga
berangkat dari pelajaran yang baru saja kita lalui. Sampai minajaya, tak ada
sunset yang bisa kita nikmati, karena hujan lagi dan aku terutama hanya bisa
menatap kosong pada air laut yang bergelombang yang selama ini aku rindukan.
Sudahlah kita pulang, makan
bobo dan besoknya kita pulang dengan naik elf yang ditumpangi dengan 30
penumpang atau bahkan lebih, padahal kapasitasnya hanya 20 orang idealnya. Tak
banyak yang ingin aku ceritakan disini, bisa dibayangkan bagaimana menderitanya
aku di elf ittu, duduk paling pinggir dan ditambah dengan penumpang yang pada
nangkel, belum lagi di tambah penumpang lagi yang tadinya diam diatap mobil
minta pindah pula ke dalam karena hujan dan mereka kedinginan. Cowok semuanya
yang di jejel ittu. Ini terjadi karena habis liburan yang di kampung pada mau
balik lagi ke kota dan angkutan sana masih terbatas.
Cukup...cukup... Cukup
Sekaian dan Terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar